Mohon tunggu...
Yubi AlAyubi
Yubi AlAyubi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Apapun keadaanya tetaplah bernafas"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Rasa Malu Anak Muda di Zaman Sekarang

31 Oktober 2022   21:31 Diperbarui: 31 Oktober 2022   21:32 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Malu adalah suatu kata yang singkat tetapi memiliki makna yang kuat. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) malu diartikan merasa sangat tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik atau kurang benar (berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan) atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat atau takut. Dalam kitab At-taufiq ‘ala Muhimmat at-Ta’rif malu adalah menahan diri dari melakukan sesuatu dengan alasan takut akan celaan dari orang lain. Ar-Raghib juga menyebutkan dalam kitab Fath al-Bari berkata, “Malu adalah menahan diri dari berbuat hal-hal yang tidak baik (buruk).

Perkataan maupun sikap yang mencerminkan rasa malu sekarang nyaris sulit mewarnai kehidupan para remaja. Mereka mengabaikanya. Padahal, rasa malu adalah bagian dari iman ia salah satu karakter Rasulullah SAW. seperti yang tercantum dalam surah Al-Ahzab: 53

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتَ ٱلنَّبِىِّ إِلَّآ أَن يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَٰظِرِينَ إِنَىٰهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَٱدْخُلُوا۟ فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَٱنتَشِرُوا۟ وَلَا مُسْتَـْٔنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى ٱلنَّبِىَّ فَيَسْتَحْىِۦ مِنكُمْ ۖ وَٱللَّهُ لَا يَسْتَحْىِۦ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ

Artinya: “Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian masuk ke dalam rumah-ruamh Nabi kecuali jika kalian sudah diizinkan (untuk datang menikmati) jamuan, dengan tidak menunggu-nunggu waktu (masakan)-nya. Tetapi jika kalian sudah dipanggil untuk datang, maka hadirilah. Dan jika kalian sudah nikmati makanannya, pergilah dan jangan malah memperbanyak pembicaraan (yang tidak perlu). Sesungguhnya yang demikian itu menyakiti Nabi SAW. (namun) kemudian beliau malu terhadap kalian. Dan Allah tidak malu (menerangkan) kebenaran.

Pesan dari ayat ini adalah, ayat ini oleh banyak ulama disebut sebagai dasar etika bertamu dalam Islam. Di ayat ini, disebutkan Allah SWT. langsung bahwa salah satu sifat Nabi itu malu, dengan contohnya adalah para tamu yang datang ke rumah Nabi Saw. tidak kunjung kembali. Lalu Allah memungkas sifat Nabi SAW. tersebut bahwa Allah justru sebaliknya tidak malu menyampaikan apa yang benar. Kata fa yastahyii tersebut, kalau kembali pada penjelasan titik temu makna antara al-hayaat dengan al-hayaa, maka sikap malu Nabi SAW.  (yastahyii) itu terwujud juga pada pembicaran pada kondisi yang ada.

Tapi mirisnya banyak anak muda zaman sekarang yang sudah tidak mempunyai rasa malu. Contohnya sudah banyak di sosial media. Tak lagi rasa malu mengumbar aurot, berjoget joget yang tidak berfaidah, mengumbar aib mereka sendiri yang semana mereka harus menjaga aib itu dan masih banyak lagi. Idealnya, dengan adanya rasa malu ini, merasa malu dilihat oleh masyarakat, diri sendiri dan terutama oleh Allah swt maka tidak akan ada hal yang terjadi seperti sekarang. Ini menjadi peringatan bagi kita semua. Tercabutnya rasa malu akan melahirkan kejahatan, kebencian, dan kemaksiatan. Tantangan kedepan tidaklah mudah. Bekal perlu disiapkan agar tak sesat di jalan. Masa depan yang seharusnya gemilang justru surut terbenam.

Apalagi saat ini, sosial media telah menjadi bagian dari keiduupan manusia di era modern. Ada adab yang perlu kita jaga, Hal sepele tapi berdampak besar. Sudah banyak contoh, hanya gara gara status hilang tali silatutahin. Hanya gegara tidak suka dengan tetangga atau kerabat lalu unggah status di sosial media, sudah menambah konflik, hilang pula tali persaudaraan. Sudah seharusnya sosial media ini dimanfaatkan untuk memperkuat tali silaturahim dan menjaga rasa malu. 

Apabila hilang rasa malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang lelbih buruk, dan terus meluncur ke bawah dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Maka dari itu sudah seharusnya sebagai insan yang beriman dan bertakwa harus selalu menjaga marwah dirinya dan menjaga dari perasaan malu jika melakukan perbuatan yang tidak pantas, meskipun tidak dilihat oleh orang lain, karena sedikit banyak akan membawa pengaruh dari kualitas keimanan seseorang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun