Tidak hanya dosen, bahkan pejabat tinggi di negeri ini pun masih keliru membaca data statistik, berikut uraiannya :
Surya Paloh, ketika meresmikan DPW Nasdem di daerah bersama Sri Sultan, beliau berpidato :"mereka memberikan saya data statistik, saya tidak percaya statistik, makan tuh statistik,, statistik hanya rekayasa mereka...blaa...bla..bla.."
Megawati Soekarno Putri, ketika diwawancarai mengenai Cagub Jokowi pada sore tadi di MetroTV :"iya,, waktu saya kuliah dulu, saya sempat memahami statistik, dan statistik itu kan masih bisa dimanipulasi datanya,, jadi saya... bla..bla...."
Dosen Penguji I waktu sidang skripsi :"pada skripsi ini tertulis : "pengaruh X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0.1989 atau 19.89%, sehingga faktor-faktor lain diluar kedua variabel sebesar 80.11%" yang 80.11% itu apa saja ?? kok gak ditulis ??"
Dosen Penguji II waktu sidang skripsi :"judul skripsi ini tentang pengaruh, lalu kenapa anda menampilkan sebuah korelasi, ??"
ya iyaLah pak,, gak mungkin kita terpengaruh oleh seseorang tanpa ada hubungan dengan orang tersebut,,,
hmm, pertanyaan yg aneh yaahh,,
Berdasarkan dari pertanyaan maupun pernyataan semua tokoh di atas, aku menyimpulkan bahwa :"mayoritas orang Indonesia keliru memahami sebuah statistik, karena statistik yang mereka fahami bukan statistik melainkan persentase, yaitu menjumlahkan semua item dalam 100%"
Rumus Persentase yaitu : P = f/N x100%,F = Frekuensi, dan
N = Responden
Sedangkan Statistik itu memiliki dua syarat mutlak, yaitu : Data harus memiliki Validitas dan Reliabilitas.