Sekarang, mari bayangkan kalau sejak Maret lalu kepelikan virus corona yang mewabah di Indonesia adalah mimpi? Sudah bisa bayangkan? Seluruh kegiatan yang harus dilakukan dengan bertatap muka dan berkomunikasi secara langsung harus dibatasi dengan kebijakan Pemerintah tentang WFH, Guru dan Siswa diliburkan, PHK dimana-mana akibat pandemi yang semua orang gak pernah mau menghadapinya?Â
Tapi, mau disangkal bagaimanapun, mau dibuat hanya angan-angan semata, yang tiba-tiba kita terbangun dari tidur dengan wajah kaget namun juga sumringah. Karena covid-19 dan semua kejadian yang telah menimpa kita ini hanya bunga tidur.Â
Waw! Sayangnya itu bukan dongeng. Nyatanya pandemi ini telah dan masih kita lalui bersama selama lebih kurang 5 bulan lamanya. Masyarakat Indonesia ramai, ketakutan kala mendengar tetangga mereka terserang virus mematikan itu. Media sosial mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, Youtube heboh hanya dengan pengakuan seseorang yang menyepelekan tidak menggunakan masker di masa pandemi ini. Berbagai teori konspirasi bermunculan dengan dalih pengalihan isu. Kalau dipikir-pikir begitu dahsyat ya dampak virus novel corona ini?Â
Hingga saat ini diberlakukannya new normal, tingkat pasien corona bukan berarti makin menurun, malah terus memakan korban. Walau beritanya tidak seheboh saat kerumunan orang berbondong-bondong belanja baju lebaran di tengah pandemi merebak. Seluruh lapisan masyarakat dipaksa dengan keadaan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan kegiatan serba online.Â
Dari sekian keterbatasan yang mayoritas masyarakat Indonesia keluhkan tentang mahasiswa dan siswa yang kewalahan dengan tugas yang menumpuk. Para Guru mulai dari tua, muda akhirnya terjun melek teknologi dengan sedanya.Â
Lalu, kini dengan ironinya tahun ajaran baru 2020 tetap dilaksanakan secara online. Siswa-siswi mulai dari jenjang TK atau bahkan PAUD hingga SMA memulai tahun ajaran barunya secara daring. Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Ajaran Baru 2020 dilaksanakan via live Instagram (Itu yang terjadi di Sekolah tempat saya mengajar).Â
Bagaimana keadaan dan situasinya? Krik krik banget! Jika ada mesin pemutar waktu layaknya lorong waktu yang bisa kembali ke masa lampau sebelum akhirnya virus ini mewabah seluruh dunia, mungkin saya sudah memasukinya. Tapi, Hei, lagi-lagi di dunia ini mana ada hal seperti itu? Seperti yang terjadi pada serial Dark yang baru-baru ini tengah saya tonton. Tapi, jangan kayak Serial Dark juga deh. Hii serem!
Tapi, sejatinya memang gak ada seorang pun yang ingin ini terjadi. Maka, tetap berbaik sangka pada-Nya dan mencoba bersyukur serta mengambil ibrah dari kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H