Dua sahabat saling embat ... kelihatannya ironis sekali kalimat itu, tapi memang kenyataan yang terjadi seperti itu. Ini adalah kisah dua anak manusia di Indonesia yang sama-sama mempunyai latar belakang ada jawa, yang biasanya mengedepankan rasa tidak enak atau saling menghargai. Tapi setelah di kancah politik maka tidak lah ada kawan sejati yang ada hanya kepentingan abadi.
Bagaimana kita ketahui bersama tahun 2009, pada pemilihan presiden Ibu Megawati Soekarno Putri begitu mesranya dengan Pak Prabowo, kemana-mana bersama. Kampanye bersama, menyatukan visi dan misi bahkan saling berjanji akan saling mendukung kedepannya. Tapi sekarang apa yang kita lihat ? Dikasih hormat dan salam saja Sang Ibu tidak bergeming.
Atau mungkin yang terdekat, ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta, yang mengusung Jokowi dan Ahok, didukung oleh koalisi PDIP dan Gerindra. Mereka saling rangkul, bahu membahu menggapai kemenangan. Tapi bagaimana sekarang ? Mereka saling jegal, mencari kesalahan yang kemudian disebarkan, bahkan kurang puas mereka saling menebar fitnah. Akhirnya saling lapor kepenegak hukum. Saya sebagai masyarakat awam jadi bingung mana yang benar mana yang salah, mana yang fakta mana yang fitnah.
Alangkah lebih baik masing-masing kubu menyiapkan strategi pemenangan dengan cara yang bersih, jangan saling menjatuhkan, sehingga ketika salah satu ada yang menang atau kalah tidak ada dendam. Yang paling merasakan efek itu adalah rakyat kecil, yang begitu berapi-api membela salah satu capres biasanya akan kalap ketika jagoannya kalah.
Mari satukan visi, teguhkan hati untuk menuju Indonesia yang leih terpuji. Tentukan dukunganmu untuk kemajuan bangsa. Ketika negara makmur maka swasembada beras, jagung dan pertanian akan kita raih kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H