Mohon tunggu...
alanwasyahlan 52
alanwasyahlan 52 Mohon Tunggu... -

Salah paham ,paham salah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Preman TransnasionalDisetujui, MuslimTaat Dimusuhi

19 Mei 2013   10:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:21 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak muda bernama Umar,
tinggal di daerah Pemalang Jawa
Tengah. Dia dikenal sebagai anak
bergaya preman, dengan potongan
rambut punk, bagian tengah atas
kepala dari depan sampai belakang disisir berdiri njegrag bagai jengger
ayam. Pemuda macam ini tidak dekat
dengan agama. Kata seorang yang
silaturrahim ke
tempat saya, Umar banyak mendapat
halangan justru ketika dia berubah jadi pemuda yang taat agama. Namun
tamu ini saat itu tidak banyak cerita
bahwa Umar dulunya adalah pemuda
punker, karena Umar sendiri ikut
bertamu saat itu dalam keadaan
sudah berjenggot, dan mengatakan mau belajar ke pesantren. Lain kali
setelah itu, tamu itu datang
lagi tanpa membawa Umar. Dia
bercerita bahwa Umar sekarang
sudah menjadi santri di pesantren
Bogor Jawa Barat. Dia ceritakan, semula Umar adalah pemuda yang
ikut-ikutan dalam pergaulan anak
muda, sampai rambutnya pun dibuat
bergaya punk. (Yang namanya punk
itu asalnya adalah orang-orang
semacam gelandangan/ anak-anak kuli di Amerika dan Inggeris, kemudian
membentuk grup musik
The Ramonis di Amerika dan Sex
Pistols di Inggeris tahun 1970an.
Mereka dulunya suka menyindir
pemerintah, kadang dengan kasar. Gaya khasnya berpotongan rambut
seperti jengger ayam disebut mohwk
ala Suku Indian, dan rambutnya
diwarnai dengan warna-warna
terang. Sekarang punk itu menjadi
aliran musik yang bercabang-caban g, dan dianggap paling ngetrend di dunia
dalam musik rock. Tulisan ini
hanya sekadar menjelaskan sifat,
bukan berarti menyetujui). Ketika Umar
bergaya punk seperti itu,
orang-orang dan masyarakat sekitar sampai tokoh Islam bahkan orang
tuanya diam saja. Tetapi rupanya ada
seseorang yang mendekati Umar,
dengan menasihati dan mengajaknya
ke jalan yang benar, yaitu mempelajari
Islam dengan sedikit-demi sedikit, dari aqidah (keyakinan) yang benar
sampai ibadah dan akhlaq. Dalam
tempo yang tidak lama, Umar berubah
total. Dari pemuda punker yang
berambut jengger, kemudian menjadi
pemuda berkopiah putih, berjenggot, bahkan berbaju gamis putih dengan
celana jigrang (di atas mata kaki)
tetapi bukan LDII (Lembaga Dakwah
Islamiyah, yang dulunya Islam Jama’ah,
menurut penelitian Litbang
Departemen Agama, yang sudah difatwakan sesat oleh MUI dan
dilarang Kejaksaan Agung 1971, lihat
buku Bahaya Islam Jama’ah, Lemkari,
LDII). Di saat Umar sudah
meninggalkan
gaya punk dan beralih dengan penampilan berpeci putih, berjenggot,
bergamis putih dan bercelana
cingkrang, ternyata halangan dan
gunjingan justru bertubi-tubi. Sampai-
sampai ada yang memegang kerah
bajunya dan siap menghantamnya. Yang mau menghantamnya itu bukan
preman, tetapi justru tokoh agama
dari kalangan tradisional yang
doyanannya tahlilan (upacara bid’ah
berupa baca-baca dalam rangka
peringatan orang mati pada hari ketiga, ketujuh, keempatpuluh dan
seterusnya) dan semacamnya.
Padahal Umar tidak mengganggu
mereka, hanya berpenampilan untuk
dirinya sendiri. Sedang Umar tidak
doyan tahlilan juga hanya untuk dirinya sendiri. Lebih aneh lagi, ketika
Umar sedang
tidur, tahu-tahu jenggotnya dipegang
orang erat-erat dan mau dipotong.
Ternyata yang akan memotong
jenggot Umar ini adalah ibunya sendiri. Maka Umar bangun, lalu
berkata: “Bu, kalau saya mau jadi
orang yang
benar, tetapi malah dihalangi, maka
mari kita beli anggur berkrat-krat,
nanti kita mabuk-mabukan di jalanan, sambil berjoget-joget bersama, Bu!”
Sejak itu ibunya tidak
mengganggunya lagi. Dan kemudian
Umar mencari pesantren yang bisa
menampung dirinya untuk belajar
agama dengan gratis. Karena dari orang tua tidak ada harapan. Dan Umar
kemudian mendapatkan tempat
untuk belajar seperti apa yang ia
inginkan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun