Mohon tunggu...
Vadlan Labulango
Vadlan Labulango Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa

Kalau sudah jadi orang jangan lupa orang-orang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omongan Ibu-ibu Desa "Gagal Dapat BLT"

26 Mei 2020   13:00 Diperbarui: 26 Mei 2020   14:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah tiga bulan rasanya sejak munculnya virus corona di Indonesia, kita di anjurkan oleh pemerintah tetap stay at home. Hal ini dijadikan sebagai cara untuk menghentikan penyebaran virus corona di Indonesia, dengan tidak keluar rumah dulu kecuali ada kepentingan yang urgen. 

Kalaupun keluar rumah, harus memakai masker dan mengikuti protokol kesehatan lainnya sesuaidengan anjuran pemerintah. Dengan begini, warga pekerja harian kehilangan penghasilan di karenakan ladang  pencahariannya tutup atau berhenti.

Aman rasanya jika stay at home atau berdiam diri dirumah,kalau tinggal bersama keluarga di rumah dan kebutuhan sandang pangan kita terpenuhi. Yang tidak aman adalah berdiam diri di rumah dengan penuh kerinduan pada keluarga kemudian mati dengan kelaparan. 

Sungguh miris jadinya kalaukejadian itu terjadi. Kalaupun akan terjadi, ini akan terjadi kepada keluarga kelas bawah yang merantau atau bekerja diluar kota kemudian tak bisa bekerja lagi. Pertanyaanya, bagaimana menghidupkan keluarga jika sudah tak ada lagi penghasilan yang didapatkan? Jawabannya ada sama pemerintah, karena yang buat kebijakan adalah pemerintah maka pemerintah sudah ada penanganan untuk itu. 

Dengan banyaknya warga kehilangan pekerjaan dan tak punya penghasilan di tengah pandemik ini,pemerintah memberikan bantuan-bantuan sosial kepada mereka yang membutuhkan. Ada beberapa jenis bantuan untuk warga yang terdampak covid-19 termasuk BantuanLangsung Tunai (BLT) yang di ambil dari dana Anggaran Pendapatan Belanja  Daerah (APBD) Dana Desa. 

Hal ini tertuang dalam Perarturan  Mentri Desa PDTT Nomor6/2020, Prioritas dana desa tahun 2020 dialihkan menjadi untuk Desa Tanggap Covid-19. Bantuan ini akan diberikan bagi masyarakat desa yang masuk dalam pendataan RT/RW, masyarakat yang akan masuk dalam pendataan adalah mereka yang kehilangan mata pencarian di tengah pandemik corona. 

Syarat lain, calon penerima tidak terdaftar sebagai penerima tidak terdaftar sebagai penerimabantuan sosial lain dari pemerintah pusat. Artinya, penerima BLT dari Dana Desamerupakan mereka yang tidak menerima Program Keluarga Harapann (PKH), Kartu Sembako, Paket Sembako, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) lain, hingga KartuPekerja. Bantuan ini pun akan dibagikan secara bertahap, dari bulan april sampaibulan juni 2020.

Ada berbagai macam problemayang terjadi di desa dalam penyaluran bantuan ini,  seperti apa yang terjadi kepada keluargaber-insial IL di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. 

Sudah bulan Mei keluarga ILbelum mendapatkan bantuan, padahal keluarga IL ini layak untuk mendapat Bantuanini. Kondisi keluarga ini seperti apa yang diterangkan di atas, orang tua mereka  pergi merantau sementara anak-anaknya sekolahdan tinggal di kampung.

Kehilangan pekerjaan, takada lagi penghasilan yang didapatkan, dan pulang kampung untuk lebaran juga takbisa. Kalau  begini apa jadinya, diKampung ada anak-anaknya butuh makan, diperantauan mereka juga butuh makan,tapi bahan pokok dan  simpanan uang makinhari makin berkurang karena kebanyakan pengeluarannya ketimbang pemasukan. 

Kabar baik datang dipertengahan bulan Mei, pemberitahuan penerima BLT di Desa di umumkan di Toamasjid oleh Pemerintah Desa dan nama si IL disebutkan sebagai salah satupenerima bantuan. Singkat cerita BLT ini pun sudah di bagikan kepenerima-penerima yang telah disebutkan di Toa masjid,  tapi tidak bagi Si keluarga IL. yang lainsudah menerima sementara keluarga si IL ini belum juga menerima, sampai maumenerima tahap dua keluarga IL ini masih tetap saja belum menerima. 

Kendalaapa yang terjadi? Mungkin pemerintah desa salah sebut nama atau masyarakat salahdengar informasi. Ternyata salah satu anaknya sebagai mahasiswa mendengarbisikan tetangga atau omongan ibu-ibu desa, kalau memang nama bapaknya jelas-jelas disebutkan dalam penyampaian informasi BLT. 

Bukan hanya satu atau dua orangyang mendengar akan hal itu, ada banyak yang mendengar kalau nama bapaknya mendapat bantuan ini. Ehh, ternyata dalam perbincangan ibu-ibu desa kalau Si IL ini tak aktif di desa sehingga tak dapat bantuan itu. Kira-kira begitu isi dari perbincangan Ibu-ibu desa, tapi yang mereka ceritakan adalah hal yang faktual. Sebagaimahasiswa anaknya si IL ini masih berfikir positif, ia masih mau klarifikasisoal apa yang ibu-ibu bicarakan itu kepada pemerintah desa.  

Cerita di atas hanyalahsalah satu dari sekian banyak problema yang terjadi di Desa-desa dalam situasi pandemiini, tapi ada dua poin penting yang menartik di bahas. Pertama, Tak aktif didesa dan batal mendapatkan bantuan. Masih agak bingung sih apa yang ada dipikiran pemerintah desa, sehingga hanya karena tak aktif di desa kemudian menarik kembali bantuan yang sudah mau di bagikan. 

Bagus sih kalau pemerintah punya penilaian mana warga yang aktif dan mana yang tidak, karena keaktifan masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan desa. Apalagi di tengah kondisi pandemik ini, warga harus bersama-sama aktif membantu pemerintah dalam menghentikan virus covid-19 ini. Pertanyaannya adalah yang dimaksud aktif didesa menurut mereka ini seperti apa? saya belum bisa jawab, karena itupertanyaan saya yang harus di jawab pemerintah desa.

Kalau saya menganalisaKeaktifan Warga Negara Indonesia di tengah pandemik ini adalah mengikuti anjuran pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus Corona.  Misalnya janganpulang kampung bagi  yang para perantauan, kalaupun terlanjur pulang kampung harus mengkarantina diri selama 14 hari dirumah singgah yang telah disediakan pemerintah atau di rumah sendiri. Dan selalu melakukan  protokol kesehatan, sepertimenghindari kerumunan, pakai masker jika keluar rumah untuk keperluan yangurgen, selalu cuci tangan, dan sebagainya. 

Rela tak pulang kampungdi saat lebaran yang sudah menjadi tradisi orang perantauan, dimana ia pergiuntuk pulang. Di tambah lagi anaknya yang mahasiswa itu terlanjur pulang kampung kemudian telah mengikuti apa yang pemerintah desa lakukan, karantina di Rumah singgah kemudian dilanjutkan karantina di rumah sendiri selama 14 hari tak keluar-keluar rumah. 

Jadi bagi saya, keluarga IL ini termasuk warga negara yang aktif  karena memambantu pemerintah dalam penanganan Covid-19. Bayangkan jika semua warga mematuhi anjuran pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus corona, Insya Allah wabah  ini cepat cepat selesai dan kita bisa beraktifitas seperti biasanya.

 Kedua, sudah di sebutkan nama penerima bantuan tapi bantuan tak kunjung sampai ke rumah. Semacam drama anak remaja saja yah, udah menyatakan cinta tapi tak kunjung datang melamar. Sesuatu yang diinformasikan ke khalayak umum atau ke masyarakat itu sudah melewati tahap pendataan dan seleksi. 

Jika informasi penerima bantuan di Desa, pastinya sudah melewati pendataan yang di dapat oleh RT/RW kemudian di seleksi atau semacamnya dan selesai itu diinformasikan ke masyarakat. Jadi apa yang telah diinformasikan adalah sesuatu yang sudah final, dan pemerintah harus bertanggungjawab dengan informasi yang telah di sampaikan itu. 

Sehingga tidak menimbulkansesuatu yang tidak di inginkan, apalagi di tengah wabah ini dimana orang-orang mengalami penurunan pendapatan. Saya takut kalau banyak kejadian begini didesa-desa, masyarakat tak akan diam. Seperti istilah ini "logika tanpa logistik itu anarkis", jangan sampai itu terjadi. 

Kalau ada kesalahan dalam pendataan atau penyampaian informasi, yah buat informasi lagi dan informasikan info yang memang sudah pasti. Jangan buat rakyat harapan palsu dengan kesalahan pemerintah, karna pemberi harapan palsu itu menyakitkan yah kan. Lagian yangakan di salurkan itu uang dari rakyat oleh rakyat jadi harus diperuntukan untukrakyat juga.

Sementara ini anaknya IL lagi mengklarifikasi hal itu, smoga hasil klarifikasinya baik dan menemukan kesimpulan yang baik juga bagi keluarga IL dan pemerintah desa. Sehinngga omongan para Ibu-ibu bisa berganti jadi bahasan yang lain, bukan melulu bicara problema di desa.

Cukup kejadian semacamini hanya terjadi sama keluarga IL yang di anggap tak aktif di desa dan di PHP-in, atau mungkin keluarga IL ini baper dengan kata-kata Mutiara dari pemerintah hehe. Tulisan ini diangkat dari suara rakyat, di salah satu Desa di Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Kalau ada warga yang menagalami hal serupa atau perihal bantuan dan lain sebagainya di tengah pandemik ini, jangan dulu cepat gaduh positif thinking dan klarifikasi jika ada hal yang masih ngambang seperti kejadian di atas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun