Mirror Selfie Portrait foto seorang anak di skotlandia sekitar tahun 1900-1950
Banyaknya platform berbagi foto online terutama pada media sosial, membuat hampir setiap orang terpantik untuk membagikan hasil praktek fotografi potret dirinya.
Meski begitu, kegiatan swafoto di hadapan cermin nyatanya tak hanya dilakukan untuk menunjukkan eksistensi diri. mirror selfie portrait juga dilakukan sebagai sarana penghantar informasi “terpercaya” untuk orang lain. Zaman modern yang krisis kepercayaan membuat kalimat “no pict, hoax” menjadi begitu ramah di telinga.
Sebagai contoh kecil, seseorang akan berfoto di hadapan cermin alih-alih mengambil gambar suasana ruang di mana ia berada untuk membuktikan bahwa ia benar-benar berada di sana. Tanpa sangkut paut “kepercayaan”, fenomena “Post a Pic” kerap kali muncul dalam dialog text untuk meminta seseorang berswafoto.
Tak jarang di antaranya akan melakukan mirror selfie portrait dengan angle beragam. Bisa jadi menampilkan setengah atau seluruh wajah, atau memperlihatkan seluruh badan untuk menunjukkan pakaian yang sedang dikenakan dan menunjukan sebagian ruangan yang terlihat di tempat siobjek berada.
Memperlihatkan strata sosial bahkan bisa dilakukan melalui mirror selfie portrait. Sengaja ataupun tidak, benda-benda yang terpotret bersama mirror portrait yang dilakukannya akan menunjukkan strata sosialnya. Bisa jadi melalui aksesoris, lokasi, dan kamera yang digunakan.
Praktik mirror portrait juga bisa dilakukan hanya karena seseorang menemukan benda yang merefleksikan dirinya jadi lebih menarik meskipun tidak akan menampilkan dirinya secara jelas, bahkan mungkin juga terjadi ketika ia menemukan bentuk cermin yang unik.
Apapun alasannya selalu ada cerita di balik sebuah foto, dan begitulah fotografi bekerja. Menangkap momen yang terkadang sepele namun setiap orang memiliki pemaknaan yang beragam pula. Dengan kata lain, mirror selfie portrait merupakan alternatif untuk membingkai sebuah cerita atau informasi yang dikemas secara ringan.
Ramainya unggahan media sosial dengan orang-orang yang melakukan mirror selfie portrait mengisyaratkan bahwa orang-orang semakin peka terhadap nilai estetis yang bisa hadir melalui selfie yang mereka lakukan dengan cermin.