Mohon tunggu...
Alan Raditya
Alan Raditya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkuliah Di Universitas Airlangga

catur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Behind The Screen, Euforia Kemenangan atau Jalan Menuju Gangguan Mental?

21 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 21 Juni 2024   23:11 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Game, sebagai alternatif mencari kesenangan yang dapat dilakukan entah sendiri atau dengan orang lain. Khususnya game berbasis kompetitif, tak jarang game-game kompetitif tersebut membuat pemainnya menciptakan momen-momen yang menakjubkan yang menggetarkan hati para penikmat game tersebut. 

Belakangan ini, industri dari game kompetitif meningkat pesat di seluruh rancah dunia. Indonesia pun tentu terkena dampaknya dengan hadirnya game seperti Mobile Legends : Bang Bang, dan Valorant. Ini tentu berdampak pada masyarakat Indonesia, terutama remaja yang gemar menghabiskan waktu luang dengan bermain game.

Namun memang untuk secara umum melakukan hal yang sama secara sangat berlebihan akan menimbulkan efek negatif, namun di dalam game yang berbasis kompetitif ini pun dapat memicu timbulnya depresi dan kecemasan berlebih kepada pemainnya, bergantung pada seberapa besar dampak stres dari permainan tersebut.

  Namun fenomena ini biasanya terjadi pada mereka yang benar benar serius dengan game yang berbasis kompetitif ini mereka juga dapat disebut sebagai atlet E-Sports, namun tak berarti bahwa mereka yang hanya mencoba dan bermain secara santai tidak akan terkena dampaknya.

Competitive Stress, atau yang dapat disebut dengan stres kompetitif ini sangatlah berdampak pada reaksi emosional negatif seorang atlet ketika ia merasa harga dirinya terancam dalam suatu pertandingan. Ancaman datang dari ketidakseimbangan antara tuntutan kinerja suatu kompetisi dan persepsi atlet mengenai kemampuannya sendiri untuk memenuhi tuntutan tersebut dengan sukses.

Psychological Warfare, atau yang dapat disebut sebagai perang psikis atau psikologis adalah istilah perang psikologis digunakan untuk "menunjukkan tindakan apa pun yang dilakukan terutama dengan metode psikologis dengan tujuan membangkitkan reaksi psikologis terencana pada orang lain". Ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pertempuran untuk mendapatkan keunggulan atas lawan. 

Ini dapat terjadi di  game berbasis kompetitif bahkan terjadi sering ketika ketegangan dan tingkat stres dari game tersebut meningkat, biasanya gejala awal puncak dari perang psikis yang terjadi adalah tangan menjadi tremor, kaki menjadi gelisah dan tidak bisa diam, yang menyebabkan mengurangnya performa permainan.

Contoh dampak-dampak efek samping dari Competitive Stress, dan Psychological Warfare yang dialami oleh manusia secara terus menerus adalah menjadi lebih agresif, menjadi pribadi yang impulsif, stres yang berlebih, kecemasan berlebih, kelelahan mata, penglihatan kabur, nyeri pinggang, sakit kepala tegang, nyeri pergelangan tangan, nyeri tangan, dan postur tubuh yang buruk saat bermain game.

Game berbasis kompetitif, meskipun menawarkan keseruan dan momen menakjubkan bagi para pemainnya, dapat memicu dampak negatif seperti depresi dan kecemasan. Hal ini terutama terjadi pada pemain yang sangat serius dengan game, seperti atlet e-sports, namun juga dapat terjadi pada pemain kasual.

Competitive Stress dan Psychological Warfare adalah dua faktor utama yang menyebabkan dampak negatif ini. Competitive Stress muncul ketika pemain merasa harga diri mereka terancam dalam pertandingan, sedangkan Psychological Warfare adalah strategi yang digunakan pemain untuk menekan mental lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun