Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kita Mampu Saingi Drama Korea

3 Februari 2015   17:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422950989169576916

[caption id="attachment_394689" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]

Industri film atau sinetron Indonesia saat ini mengalami pergeseran, dimana banyak judul sinetron yang menggunakan nama binatang seperti serigala, harimau dan entah apa lagi. Tidak menariknya, sinetron tersebut tidak memuat adegan-adegan yang layak tonton, setidaknya menurut saya. Meskipun saya harus maklum karena bisa saja tontonan tersebut sudah memiliki target segment yang berbeda (bukan orang-orang seperti saya), melihat sponsor yang tetap berderet panjang saat mereka tayang.

Sementara film-film sekali tayang selesai sudah cukup memiliki penawar, meski masih banyak racunnya. Ayat-Ayat Cinta, Emak Ingin Naik Haji, 3 hati 2 dunia 1 cinta, Habibie ainun, dan belakangan muncul Marry Riana. Sederet film tersebut bisa dibilang merupakan film wajib tonton bagi penikmat karya dalam negeri. Memang harus diakui masih lebih banyak film yang sekedar pamer K*C (paha-dada) dari film hantu tak jelas sebutanya.

Dengan kondisi seperti ini, kita semua harus maklum jika saat ini artis Korea begitu menjamur 'menjajah' dunia hiburan dalam negeri, karena sepertinya kualitas sinetron dan film dalam negeri sudah sangat membosankan. Boy or girl band dan drama Korea (drakor) dalam sekejap sudah memiliki banyak fans yang fanatik. Bahkan banyak artis pendatang baru yang dandananya dimirip-miripkan artis Korea. Dari rambut poni sampai adat rok super mini.

ANTV ketagihan untuk menayangkan film dari India setelah sinetron Mahabarata berhasil menuai rating tinggi. Tidak peduli lagi konten cerita, yang penting untung besar tanpa perlu susah payah. RCTI yang sebelumnya menayangkan FTV pada siang hari kini sudah berubah haluan. Mereka menayangkan drakor yang dipotong-potong hingga beberapa episode. Sementara TransTV yang pada malam hari sangat dikuasia oleh film barat yang diputar berulang-ulang sempat menemukan cara baru, yakni YKS. Program joget-joget sampai tengah malam yang sangat memuakkan. Tapi terserah saya mau muak atau apa, toh pada akhirnya ratinglah yang membuat mereka bertahan. Dalam situasi seperti ini, maklum saja kalau drama Korea begitu booming di kalangan masyarakat, dari ibu rumah tangga sampai anak-anak remaja.

Banyak drakor yang menguras emosi dan air mata. Berbeda dengan Hollywood yang durasinya hanya berikisar 2 jam, drakor menawarkan durasi yang luar biasa panjang (lebih dari 10 jam) dan membuat orang betah untuk berlama-lama di depan laptop. Ceritanya begitu mengikat dan membuat kita penasaran untuk menyelesaikan.

Saya yang awalnya begitu alergi melihat teman-teman perempuan selalu membahas drakor, dibuat harus mengakui bahwa cerita yang disajikan memang bagus. Setelah dipaksa nonton drakor 3 Days, saya mulai mengerti mengapa mereka sangat antusias menyambut drakor baru. Perlahan saya berhenti untuk menyindir. Kita memang tidak memiliki tayangan menarik di televisi nasional, sementara film lokal yang bagus juga masih bisa dihitung oleh jari sebelah tangan setiap tahunnya.

Pertanyaan besarnya adalah mampukah kita menyajikan drama Indonesia yang selevel atau bahkan lebih baik dari drakor? Tentu saja mampu. Saat teman-teman perempuan begitu rempong dan bawel 'menyerang' saya dengan ucapan "kita tuh ga mampu buat film atau drama sebagus Korea," tentu saja saya tidak setuju. Soal film, selain beberapa judul yang saya sebutkan di paragraf kedua dalam tulisan ini, masih ada Rectoverso, Kita Versus Korupsi, The Raid dan masih banyak lagi. Kalian bisa saja punya daftar judul berbeda yang saya tidak tau. Intinya kita sepakat kalau (sebagian) film-film Indonesia memiliki kualitas yang bagus. Lalu bagaimana dengan drama?

Pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya kita memiliki drama Indonesia yang panjangnya jauh lebih panjang dari drakor. Kualitasnyapun sangat baik. Dari cerita, materi, sampai dialog begitu menggugah. Beberapa adegan begitu menyesakkan dada, dari cinta sampai masalah sosial budaya. Ada juga gelak tawa renyah hingga kalimat penuh hikmah. Drama ini tayang sejak 2006-2014, entah apakah 2015 ini masih akan kembali tayang? Sepertinya masih. Ada yang sudah bisa menebak? Ya, judulnya adalah Para Pencari Tuhan. Secara kategori, memang sedikit kurang layak disebut drama yang bisa dibandingkan dengan drakor. Tapi melihat konten, dialog, sampai durasi, inilah satu-satunya karya anak bangsa yang sudah melampaui drakor. Jika pernyataanya "kita ga mampu" tentu saja salah total.

Coba saja Para Pencari Tuhan (PPT) Jilid 1 sampai 8 digabung dalam bentuk DVD, saya yakin banyak yang akan beli. Apalagi jika dijual di Malaysia, Singapore atau negara-negara yang familiar dengan Islam seperti Turki, Arab, Iran. Kalaupun mau di-counter attack ke Korea, pasti banyak juga peminatnya.

Betul bahwa PPT seperti tidak memiliki inti materi dan tanpa ending, karena cerita diangkat dari masalah sosial yang sangat dekat dengan masyarakat. Tapi yang jelas ini mampu menjawab bahwa sebenarnya kita mampu. Kini pertanyaanya berubah menjadi kenapa kita tidak memproduksi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun