Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buruknya Politik Malaysia

12 Februari 2015   14:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika di dalam negeri sedang ramai KPK vs POLRI, di negaranya upin-ipin sedang memutar sinetron politik usang. Anwar Ibrahim dan kasus sodomi.

Anwar Ibrahim memiliki karir politik yang begitu menanjak dan menjadi deputi perdana menteri Mahathir Muhammad. Namun karena 'keusilanya' berkomentar, secara kebetulan beliau terkena kasus sodomi (1998). Setelah itu beliau diturunkan dan kemudian menjadi oposisi. Kharisma Anwar Ibrahim sampai saat ini belum terkalahkan oleh politisi manapun di Malaysia. Beliau menjadi orang pertama yang berhasil menggabungkan 3 partai (DAP, PAS, PKR). Koalisi yang dibangun menurut pemantauan saya selama di Malaysia, sangat efektif dan menggebrak.

Dengan segala keterbatasan, Anwar Ibrahim dengan koalisi oposisinya seperti paduan PDIP namun sesolid KMP yang katanya permanen itu. Beliau berhasil memunculkan nama-nama pemimpin baru dan mengambil alih wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh BN (Barisan Nasional).

Jika di Indonesia ada Ahok, di Malaysia ada Lim Guan Eng. Dari intonasi bicara, komentar pedas dan keberanianya nyaris sama. Hanya saja Ahok lebih 'beruntung' dengan memimpin Jakarta dan tekanan politik tidak mampu memenjarakanya. Berbeda dengan Lim Guan Eng yang pernah dipenjara karena membela salah satu warga Malaysia dalam kasus pemerkosaan. Uniknya, yang beliau bela adalah muslimah, sementara beliau kristen. 1994 beliau dipenjara dengan alasan mengkritik pemerintah karena gagal memenjarakan Tan Sri Abdul Rahim yang saat itu menjadi Chief Minister wilayah Malaka.

Lim divonis penjara 18 bulan, namun kemudian diberi keringanan menjadi 12 bulan dengan konsekuensi pelarangan terlibat dalam politik atau mengikuti pemilu selama 5 tahun (Jangan terlalu kaget dengan hukum dan sistem pemerintah di Malaysia). Namun pada 2008 beliau sudah menjadi Chief Minister wilayah Penang. Koalisi di bawah pimpinan Anwar Ibrahim memenangkan 29 dari 40 kursi yang diperebutkan. Selain nama Lim Guan Eng, ada juga beberapa nama pemimpin yang menjadi oase di tengah matinya demokrasi dan politik terbuka di malaysia.

Citra dan kekuatan politik yang dibangun oleh Anwar Ibrahim sangat kuat. Jika di Indonesia rakyat bisa berdemo suka-suka, tidak dengan malaysia. Di sana, berapap ribupun jumlah pendemo pasti akan ditangkap. Mahasiswanya tidak berani berdemo karena mayoritas mereka dipinjami uang kuliah dan uang jajan oleh pemerintah. Namun dengan kondisi seperti itu, aksi demonstrasi yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim selalu membludak. Sebuah kejadian langka ketika masyarakat dari berbagai penjuru datang ke Kuala Lumpur. Saya sampai dibuat merinding saat bertemu dengan segerombolan relawan oposisi yang kebetulan satu kereta menuju Merdeka Square di Kuala Lumpur. Mereka berseragam dan seolah tak takut sedikitpun. Padahal mereka tau, konsekuensi berdemo adalah dipenjara dan dipukuli.

Kekuatan politik dan kharisma Anwar Ibrahim memang luar biasa. Namun bagaimanapun sampai sekarang beliau belum bisa mendapat haknya sebagai warga negara. Beliau dipermainkan dan kekuatan pemerintah masih cukup kuat, meski saya melihatnya nyaris ambruk.

Kasus sodomi yang muncul sejak tahun 1998, sampai sekarang dijadikan sebagai alat penjegalan dirinya untuk bertanding di pemilu. Meski sudah pernah dipenjara (karena usil mengkritik kebijakan pemerintah padahal dirinya deputi Perdana Menteri saat itu sekaligus atas kasus sodomi) dan bebas pada 2004, pada 2008 menjelang pemilu, kasus sodomi kembali diungkit. Tahun 2013 pun begitu, menjelang pemilu, diungkit lagi kasus sodomi. Pada 2008 dan 2013, Anwar Ibrahim seperti sengaja dilepas karena hakim mengabulkan keberatan pihak Anwar. Lalu Selasa kemarin kasus sodomi ini kembali diangkat dan kejaksaan menetapkan vonis penjara selama 5 tahun. Ini artinya beliau secara otomatis didiskualifikasi dari pemilu 2018. Luar biasa.

Saya pernah dua kali menghadiri semacam seminar dengan Anwar Ibrahim sebagai pembicara. Ada banyak bahasan yang beliau paparkan tentang reformasi dan demokrasi. Secara spesifik memang tidak membahas masalah hukum (atau saya menyebutnya: dikerjai penguasa) namun melihat beliau menyikapi kondisi politik malaysia yang sangat-sangat buruk, saya jadi berkesimpulan bahwa beliau sengaja menempuh jalur senyap.

Bukan perkara susah bagi beliau untuk melawan, massanya banyak. Bukan perkara susah untuk membela diri dengan mengajukan tes DNA seperti yang disindirkan oleh kubu pemerintah, namun beliau diam karena semua itu tidak ada dalam undang-undang. Beliau ingin agar rakyat malaysia bisa berpikir, memberi kebebasan untuk menilai. Hasilnya, perolehan suara Barisan Nasional di tahun 2008 dan 2013 terus merosot. Ada banyak wilayah yang diambil alih oleh partai oposisi. Secara nasional, suara oposisi sudah melampaui partai pemerintah. Namun karena sistem pemerintahan di malaysia tidak ada pilpres, maka BN tetap sebagai partai pemerintah karena memenangkan jumlah kursi lebih banyak.

Barisan Nasional sebagai partai pemerintah mati-matian mempertahankan kekuasaanya. Selain mengangkat kasus sodomi, pada 2013 lalu saya menjadi saksi kelucuan sistem pemerintahan dan ketakutan partai BN. Di malaysia, pemilu bisa terjadi kapan saja. Besok atau lusa, suka-suka pemerintah. Tidak seperti di Indonesia yang sudah ditetapkan jauh-jauh hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun