Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mungkin sudah tidak asing lagi di media mainstream. Pernyataan logisnya selalu menarik untuk diikuti. Beliau adalah aktor penting di balik terwujudnya kereta api nyaman, tertib dan bebas asap rokok saat masih menjadi Dirut KAI. Kini beliau menjadi menteri dan mengurus semua hal yang berhubungan dengan transportasi, tidak hanya kereta.
Saat pertama muncul dalam acara Rembug Nasional, tatapan optimisnya jauh lebih menarik jika dibandingkan saat beliau tampil di layar kaca. Satu hal yang mungkin selama ini tidak bisa kita lihat di teve adalah selera humor dan ngeyelnya.
"Coba di sini siapa yang tau jumlah bandara di Indonesia?" Pertanyaan yang membuat hadirin tertawa. Ada yang nyeletuk: banyak, lalu beliau jawab "kalau banyak ya memang." Haha.
"Kalau tau saya kasih bulpen deh, nih Ibu dubes yang baru mau berangkat, tau ga Bu? Lah kalo ga tau kok mau membahas saya? Pulang aja lah kalo gini." Haha orang-orang yang hadir ketawa lebih kencang dari sebelumnya.
"Jumlah bandara sampai tadi pagi adalah 237."
Pak Jonan juga menyatakan bahwa satu tahun itu hanya 365 hari, jadi sebagian pekerjaan memang tidak bisa selesai dalam satu tahun. Tapi ada juga beberapa yang bisa selesai dalam hitungan bulan. Selain infrastruktur, kementerian perhubungan juga  mendirikan 27 sekolah transportasi di wilayah terluar Indonesia, agar tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk belajar.
Tak lama setelah itu Pak Jonan kembali ngocol "coba sekarang saya tanya, ada berapa pelabuhan di Indonesia? Kalau benar saya kasih bulpen dua!" Haha. Dasar Pak Jonan,
"Jumlah pelabuhan sampai tadi pagi adalah 1,241"
Selama satu tahun Kementrian Perhubungan sudah membangun 15 bandara dan 237 pelabuhan baru. Selain itu juga merenovasi banyak bandara agar sesuai dengan standar dan bisa didarati pesawat besar. Selain itu Kemenhub juga mengelola beberapa bandara seperti Berau, Aceh Tengah, Wakatobi, Gorontalo dll, terobosan yang saya simpulkan baru dilakukan oleh menteri Ignasius Jonan.
"Target kami adalah membangun sistem pelayanan yang sama. Sederhananya ya kalau terminal kami maunya sama rapinya seperti stasiun, supaya mudah dibayangkan. Kalau stasiun silahkan lihat Palmerah, bagus ya?"
"Harga baju batik boleh beda, tapi terminal bus harus sama. Ya kan Pak? batiknya Pak Sidarto kayaknya mahal ini" lagi-lagi hadirin tertawa dengan keusilan Pak Jonan.