Saat mendaki gunung Semeru 2013 lalu, ada satu orang perempuan dalam rombongan kami. Teman sekelas. Sepanjang perjalanan 3 hari 3 malam hingga kembali ke pos Ranu Pane, saya belajar banyak dari perempuan satu ini. Sesuatu yang membuka pandangan dan menabrak penilaian awal -mungkin mayoritas lelaki- saya tentang perempuan.
Sepanjang perjalanan, sedikitpun dia tidak mengeluh. Perempuan ini membawa carrier sendiri yang berisi peralatan standar seperti sleeping bag, jas hujan, baju serta bekal makanan. Sementara tenda yang memang untuk bersama dibawa oleh teman-teman lelaki.
Saat saya dan teman-teman sering berseru "huuuh" tanda lelah dan berhenti duduk sejenak, Solehah tanpa ekspresi dan suara. Hanya ikut duduk saja, thats it. Malah sering mengomentari indahnya alam sekitar -sesuatu yang tidak bisa saya lakukan saat sudah sangat kelelahan.
Setahun sebelumnya, 2012, saya sempat keliling Singapore seharian dengan memanfaatkan full transportasi umum. Dari Kuala Lumpur saya membawa satu teman orang perempuan dan menuju Singapore menggunakan kereta. Kami berangkat pukul 23:00 malam waktu setempat dan tiba di stasiun Woodlands Singapore pukul 05:00 pagi.
Setelah sempat antri di imigrasi, shalat dan cuci muka, kami keluar dan duduk-duduk di depan stasiun sekitar pukul 06:30 pagi. Tak lama setelah itu dua orang teman perempuan saya -kakak adik- yang memang warga negara dan asli Singapore datang dengan senyum terbaiknya. Rencananya mereka yang akan membawa kami keliling Singapore. Alasan saya meminta ditemani karena mereka pasti lebih tau negaranya sendiri. Lah kenapa mereka mau? Hehe dua orang ini teman baik yang sudah seperti saudara, panjang ceritanya, intinya begitu.
Kami berkeliling Singapore dari pagi hingga pukul 22:00 malam waktu setempat. Tak terhitung naik MRT dan keluar masuk stasiun berapa kali. Entah berapa kilometer jarak jalan kaki yang kami tempuh seharian itu, namun bagi saya sangat amat melelahkan. Hingga suatu kesempaan saya duduk bebas di pinggir taman Marina sambil minum air, sementara perempuan-perempuan itu hanya tersenyum dan kembali asik foto-foto. Fiuuh.
Setahun sebelumnya, 2011, saya dan salah seorang teman sempat kebingungan karena memiliki jadwal penerbangan pagi. FYI penerbangan pagi atau malam biasanya lebih murah. Namun masalahnya jarak rumah kami ke bandara cukup jauh, jika menggunakan taksi bisa nyaris sejuta jika dirupiahkan.
"Kita bermalam di bandara aja" usulnya. Jujur saya sempat kaget, sepetualang itukah orang ini? Haha.
Pada akhirnya kami memang bermalam di bandara. Dari rumah menggunakan transportasi umum yang hanya 5% dibanding menggunakan taksi.
Kami sampai di bandara sudah cukup malam. Mungkin bus terakhir dari Kuala Lumpur. Setelah cukup malam, dia izin tidur. Saya oke saja dan tetap duduk santai dengan gadget. Menulis yang bisa ditulis, membaca tulisan yang menarik. Hingga akhirnya lelah dan ngantuk juga. Namun saya tetap duduk manis menjaga barang bawaan, ya meskipun bandara ini sebenarnya cukup aman, tetap merasa tidak tenang untuk ikut tidur.
Sekitar pukul 04:00 dinihari teman saya ini bangun dan langsung ke toilet dengan tas kecilnya. Tak lama kemudian balik lagi dengan wajah yang masih sedikit basah, pasti baru cuci muka.