Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana Baru yang Mengkhawatirkan

25 Juli 2015   20:30 Diperbarui: 25 Juli 2015   20:30 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya masih ingat betul komentar Kang Pepih bahwa kalau 1 Juli belum juga fix, maka kompasiana akan dikembalikan ke versi lama.

Bagi saya awalnya komentar tersebut kurang bisa diterima. Sebab Kompasiana pasti sudah mengeluarkan biaya banyak, energi juga mengorbankan anjloknya rating karena transformasi ini. Selain itu juga sayang sekali karena Kompasiana baru menurut saya jauh lebih baik ketimbang yang lama, terutama sama persisnya versi mobile dan dekstop. Semua fitur ada, hanya beda penempatan.

Benar saja, setelah 1 Juli masih banyak error. Dan kini menjelang akhir Juli juga masih banyak fitur yang belum sempurna seperti belum ada inbox, tidak jelasnya fitur followers dan following. Namun sebenarnya dua hal tersebut bagi saya tidak terlalu krusial atau fatal. Berikut ini beberapa hal yang menurut saya sangat tidak menyenangkan.

1. Logout sendiri

Hal ini sudah banyak dibahas oleh Kompasianer, kita sering kesusahan karena saat ingin berkomentar harus login lagi karena sudah ter-logout sendiri. Saya yang jarang vote dan komentar jadi semakin jarang saja meninggalkan jejak, karena kadang kesal juga kalau sudah niat vote ternyata harus login lagi. Hihi

2. Tulisan lama jadi satu paragraf

Tulisan saya di tahun 2012 kadang baru bertemu pembacanya di tahun 2015. Intinya, kadang tulisan lama itu baru dibaca orang. Namun saat saya melihat beberapa tulisan lama, ketika kebetulan ada yang tanya suatu artikel, saya mendapati tulisan lama tersebut menjadi satu paragraf sampai titik terakhir. Tidak semua memang, tapi sebagian besar seperti itu. Dan saya pun jadi enggan membagikan tulisan lama, karena saya tau orang pasti (99%) tidak mau membacanya.

3. Kolom rating tertinggi

Beberapa Kompasianer juga ada yang mempertanyakan kolom ini. Menurut admin, kolom ini sudah full auto yang memilih sesuai hitungan hits + vote + komentar tertinggi. Pada kenyataanya, beberapa artikel berhasil nangkring di kolom ini karena faktor aktif bersosial dengan kompasianer lain dan mendapat vote serta komentar apapun tulisanya. Keluhan ini sebenernya keluhan lama. Tapi mungkin sebaiknya admin menambahkan 'syarat' highlight untuk kolom ini. Maka nanti di programnya menjadi: highlight + hits + vote + komentar.

Dan buat saya sebenarnya masih rindu kolom TA yang dipilih sesuai jumlah hits. Karena harus diakui banyak pembaca hanya mau membaca tanpa meninggalkan jejak karena banyak faktor, salah satunya karena susah vote, tidak punya akun K atau silent reader yang jarang login. Sskalipun kolom ini sering hanya diisi isu terkini, namun buat saya tetap menarik karena lebih renyah dibanding media arus utama.

Mungkin 3 itu saja yang menurut saya harus segera diperbaiki. Sementara fitur inbox dan follow bisa menyusul. Meski sudah hampir dua bulan belum juga fix, semoga saja ada upaya untuk menyelesaikan masalah fatal ini. Karena jika mengingat kompasiana lama, versi mobile nya tak kunjung bisa diselesaikan hingga ganti baju baru. Semoga eror ini tidak dibiarkan seperti kompasiana lama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun