Masih tentang 13 Kompasianer yang diundang Presiden.
Seperti yang saya tuliskan di postingan sebelumnya, ada hal yang sangat berharga dari pertemuan saya dengan Presiden Jokowi dan Pepih Nugraha. Yaitu soal off the record. Segala hal penjelasan yang sangat-sangat bisa diterima akal namun tidak bisa disampaikan pada publik.
Sebelum Presiden Jokowi datang, Pepih sempat berkomunikasi dengan salah satu kompasianer yang duduk di sebelah saya. Obrolan mereka cukup sengit sehingga akhirnya membuka kotak rahasia Kompasiana. Sebetulnya obrolan ini sudah dimulai sejak di holding room, namun karena kami sudah diminta masuk jadilah di-pause sementara.
Kang Pepih dan kompasianer ini berbicara cukup serius meski pembukaanya hanya basa basi.
"Mas Pepih pernah baca tulisan saya ga?"
"Justru saya sangat memperhatikan tulisan anda"
Apakah kotak rahasia yang dibuka oleh Kang Pepih? Biarlah tetap rahasia. Tapi dari obrolan mereka jujur saya jadi malu karena pernah ingin protes atau mengkritik Kompasiana dari sudut pandang yang mampu saya baca. Rupanya dibalik kekesalan saya dan banyak kompasianer terdapat alasan yang sangat-sangat bisa diterima, namun sekali lagi tidak bisa diungkap ke publik karena mungkin akan menimbulkan suasana yang kurang kondusif, baik bagi kompasianer pun bagi kompasiana sendiri.
Obrolan itu tak berlangsung lama, sebenarnya masih banyak tanda tanya yang belum terjawab, namun karena Presiden Jokowi sudah muncul jadilah bahasan tersebut terpaksa stop sampai di situ.
Rupanya soal kotak rahasia yang dibuka oleh Kan Pepih juga dilakukan oleh Presiden Jokowi. Dari sekian banyak kalimat yang beliau ucapkan, ada beberapa catatan sangat penting yang berhasil menjawab banyak sekali pertanyaan saya selama ini. Sebelumnya saya hanya berprasangka baik pada Presiden Jokowi meski sempat khawatir jangan-jangan beliau sudah terkontaminasi setan politik? Namun setelah beliau berbicara banyak hal, kini saya jadi benar-benar mengerti dan menemukan alasan logis mengapa sebuah kebijakan nampak begitu lama dibiarkan? mengapa kebijakan seperti itu yang diambil? Dan seterusnya.
Namun tentu saja tidak semua ucapan Presiden yang saya dengar langsung waktu itu bisa saya tuliskan dan jelaskan di sini. Isu nasional sudah cukup riuh, kalau saya tambahkan lagi mungkin akan tambah riuh dan mengundang lebih banyak tanda tanya lagi.
Tapi ada satu penjelasan yang sebenarnya sudah banyak diberitakan di media namun masih kurang lengkap. Kita pernah dikagetkan dengan pernyataan polos Jokowi "saya ga tau, ga baca" soal perpres tunjangan mobil. Sontak saja pernyataan beliau disambut manis oleh hatersnya, "besok ajuin proposal ah, siapa tau beruntung, toh Presidennya ga baca" dan masih banyak lagi. Yang paling keras tentu mereka yang mencaci maki Presiden Jokowi goblok, bego dan seterusnya.