Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Catatan 1,000 Kilometer Kuda Besi

4 April 2015   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

21 Maret lalu saya memutuskan untuk membelah jalan dengan roda dua, kami menyebutnya kuda besi. Empat orang dengan dua kuda besi. Sebut saja Alex, Peter, Lucas dan saya.

Rencana ini sudah direncanakan sejak 1 Maret. Awalnya kami menjadwalkannya 14 Maret, namun karena ada teman kami berempat yang menikah pada 21 Maret jadilah diundur agar sekali jalan. Dan inilah catatan kuda besi 1,000 kilometer selama 4 hari 4 malam.

Sabtu siang Alex dan Peter datang ke rumah dengan bunyi kuda besi yang menderu. Breeeem....!!! Mereka berdua sempat duduk menunggu saya mengemas beberapa pakaian untuk kebutuhan selama perjalanan. Kaos, jaket, celana ganti, charger dan tentu saja jas hujan.

Saya tak membuat mereka menunggu lama. Kami langsung bergegas agar bisa sampai di kilometer 95 dalam keadaan santai, karena masih akan mengunjungi salah satu teman terbaikku selama di Malaysia yang kini sudah memiliki putri mungil 16 bulan. Teman ini juga teman mereka bertiga.

Oh iya sebelum lupa, saya Alex dan Peter masih ke rumah Lucas yang letaknya lebih barat dari kami bertiga. Awalnya kami hanya bertiga, tapi karena nyonya Peter tidak bisa ikut jadilah Peter mencari teman bonceng. Lucas adalah orang yang berhasil dilobi. Bukan....bukan, lebih tepatnya karena nyonya Lucas cukup komunikatif dengan Peter. Diplomasi jangka pendek yang dilancarkan dalam semalam memang tak langsun disetujui. Peter sempat menyangka kami hanya akan bertiga, sampai pagi datang dengan satu panggilan masuk "berangkat jam berapa?" Dari sinilah awal perjalanan ini.

Lucas sudah beristri. Beberapa bulan lalu saya dan Alex sempat ke pulau surga tersembunyi di ujung timur pulau Madura. Karena perjalanan tersebut tidak direncanakan matang dan sayapun diajak secara on the spot oleh nyonya-nyonya, jadilah tak sempat mengajak Peter dan istrinya. Barulah saat mereka lihat kami sedang menyepi dari hiruk pikuk Lucas berkomentar "ajak-ajak lah kalau mau jalan"

Lucas dan istri memang masih tergolong pasutri muda. Mereka nampak pacaran meski sudah setahun menikah. Sebenarnya Lucas berencana membawa kuda besi sendiri, namun karena sang permaisuri sedang hamil muda, jadilah dia berangkat sendiri. Anda bertanya bagaimana bisa Lucas mau ikut dengan kami? Tentu saja karena Peter melancarkan diplomasi politik dengan banyak kebohongan yang tentunya akan jadi cerita seru. Haha.

Dua kuda besi menderu di halaman rumah Lucas. Nampak sang istri sudah tersenyum dari kejauhan dan mempersilahkan kami duduk di langgar tempat anak-anak sekitar kampung mengaji. Lucas dan istrinya adalah guru PAUD.

"Duduk dulu kakak kakak...." senyumnya. Kami pun tak sungkan bersila dengan posisi terbaik, melepas tas punggung dan melepas lelah sejenak. Kami baru menempuh 15 kilometer.

Lucas keluar dengan gaya artisnya. Celana jeans, kaos belang hitam putih dan yang membuat saya tersenyum adalah kacamata hitam. Kecurigaanku sudah muncul saat Lucas nampak sama sekali tak menyiapkan barang bawaan yang cukup. "Kalian bawa apa aja kok sampe bawa tas?"

"Ya jas hujan biar ga kebasahan, charger sama kamera" jawab Peter enteng. Saya dan Alex tak menimpali, ini jelas wilayah diplomasi Peter.

Orang tua Lucas datang dan menyalami kami bertiga. Beliau cukup akrab dengan Alex karena dia cukup sering bersilaturrahim. "Kalau punya uang ya buat makan di restoran aja lah nak, ga capek apa ke jawa?"

"Deket Bu, cuma di baratnya Madura dikit" jawab Alex. Ya, bagi dia mungkin dekat. Karena apalah arti 1,000 kilometer baginya jika dia sudah mengeliligi seluruh pulau jawa hingga Bandung dan Jakarta dengan kuda besinya?

Kami sempat bercanda sejenak dengan istri Lucas dan memakan hidangan yang disediakan, sampai akhirnya Alex memberi kode untuk berangkat. Lucas dan istri pun masuk rumah, entah ritual suami istri yang bagaimana saya pun tak pernah tau. Alex tak bisa menahan diri untuk tak berkomentar saat istri Lucas berjalan membawakan jamu.

"Fiuuuh ampe dikasi jamu" saya dan Peter hanya bisa numpang ketawa.

"Makanya cepet nikah bro biar tau ahahaha"

Tepat setelah ritual salam salaman suami istri selesai, kami langsung menuju kuda besi yang berdiri di halaman dekat pintu masuk. Lucas sempat melambaikan tangan dan Peter mewakili kami untuk ucapkan salam sebelum kuda besi berlari menuju ujung barat Madura.

Di kilometer 40 kami berhenti lagi. Mengunjugi dua orang teman yang memiliki toko pinggir jalan. Sekedar say hai sejenak melihat-lihat usaha yang mereka tekuni saat ini. Tak lama memang, kami kembali melanjutkan perjalanan dengan kecepatan nyaris penuh.

Kuda besi kami kembali terhenti karena melihat salah seorang teman sedang duduk di pinggir jalan dengan mobil hitamnya.

"Oh mentang-mentang udah beristri, udah ga mau pake kuda besi lagi?" Sambar Alex di awal pertemuan. Kami tertawa-tawa sejenak. Tony tak sendiri, dia juga bersama seorang teman yang juga sudah memiliki istri dan teman-teman perempuan kami.

"Nunggu apa?"
"Ini nunggu Marry, katanya suruh tunggu sini"

Sampai di sini Lucas sudah agak curiga. Ini kami mau hadir ke pernikahan apa jalan-jalan sebenarnya? Oh anda jangan kaget, teman sekelas kami saat di pesantren jumlahnya di atas 300 orang, saya lupa tepatnya. Jadi kalau ada yang tidak saling kenal apalagi lelaki dengan perempuan, harap maklum karena memang lokasi belajarnya tidak sama. Kami hanya kebetulan lulus di tahun yang sama. Sepintas saya menebak Lucas tidak tau kalau hari itu ada yang menikah dan Peter tidak cerita soal itu.

"Ayo lah berangkat, itu Marry kayaknya" sambil melihat ke salah satu perempuan di barat jalan sedang lambaikan tangan.

"Ya udah duluan, ntar kami salip" jawab Alex kalem. Semua sepakat tertawa karena Alex memang dikenal sering lupa dengan rem kuda besinya.

Tony dan rombongan berangkat menjemput Marry, sementara kami masih duduk-duduk melihat jalan raya. "Kita mau dateng ke nikahan?" Tanya Lucas tiba-tiba.

Peter buru-buru menjawab "ah nggak. Ngapain wong ga diundang kok." Mendapat jawaban seperti itu, Lucas memperhatikan saya dengan tatapan absurd. Ya, saya memang mengenakan kemeja, celana kain dan sepatu. Kontras sekali dengan Peter dan Alex yang mengenakan pakaian petualang.

Lucas tertawa-tawa "jangan becanda rek." Kami sepakat tidak mengomentari dan buru-buru menunggangi kuda besi.

Alex melunasi ucapannya, nanti kita salip. Saat jalan raya dua arah padat merayap, dua kuda besi melaju kencang di tengah-tengah jalan melewati banyak kendaraan. Mobil rombongan Tony pun dengan mudahnya dibalap dengan sekali tarikan gas. Breeem....!!! Istri Tony hanya bisa geleng-geleng kepala di balik kaca jendela.

Kuda besi sudah jauh melaju, namun Alex tiba-tiba memberi kode untuk mengurangi kecepatan. Ada telpon yang sepertinya darurat. Bla bla bla cukup lama sampai Tony dan mobil hitamnya mengklakson tiiit tiiit dengan pedal gas cukup dalam. Kami memang tak punya waktu cukup lama untuk menuju lokasi resepsi pernikahan salah satu teman.

"Ga asyik kalo nyalipnya pas mereka macet" kelakar Alex. Peter, Lucas dan saya kembali sepakat tertawa. Peter memberi kode "siap laksanakan" dengan formasi tangan hormat non formal. Kuda besi kembali melaju kencang, tapi sepertinya mobil hitam dan Tony sudah cukup menjauh.

Alex mengangguk-ngangguk dan sedikit mencekik kuda besinya. Breeemmm....!!! Ya, mobil hitam nampak dari 200 meter dengan kecepatan sempurna. Jalanan yang kosong tentu saja membuat Alex senyam-senyum. Ya ya ya. Memang tak butuh waktu lama untuk sejajar dengan mobil yang membawa Tony. Dua kuda besi berjejer rapi tepat di sebelah kanannya, meski semua tau kami sedang dalam kecepatan maksimal, tapi bagi Alex belum. Seperti ada kesengajaan sedikt delay dengan berjalan sejajar sebelum memacu kuda besi berlari sangat-sangat cepat membelah jalan. Tiiiiiit....!!!

Kilometer 70 kami berhenti. Menghangatkan diri menjelang senja dan bersiap dengan ritual keagamaan.

"Sampe mana mereka ya?" Tanya Peter.
"Jauh...pake mobil mana bisa ngebut"

Makan makanan ringan seperti gorengan, minum minuman hangat seperti teh, jahe dan kopi. Sesuai selera masing-masing. Lucas asyik foto-foto merekam jejak perjalanan kami. Dengan kamera yang bisa dikontrol via bluetooth android kami berempat bisa tertangkap kamera dengan sempurna.

Perjalanan masih panjang, sampai ketemu di catatan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun