21 Maret lalu saya memutuskan untuk membelah jalan dengan roda dua, kami menyebutnya kuda besi. Empat orang dengan dua kuda besi. Sebut saja Alex, Peter, Lucas dan saya.
Rencana ini sudah direncanakan sejak 1 Maret. Awalnya kami menjadwalkannya 14 Maret, namun karena ada teman kami berempat yang menikah pada 21 Maret jadilah diundur agar sekali jalan. Dan inilah catatan kuda besi 1,000 kilometer selama 4 hari 4 malam.
Sabtu siang Alex dan Peter datang ke rumah dengan bunyi kuda besi yang menderu. Breeeem....!!! Mereka berdua sempat duduk menunggu saya mengemas beberapa pakaian untuk kebutuhan selama perjalanan. Kaos, jaket, celana ganti, charger dan tentu saja jas hujan.
Saya tak membuat mereka menunggu lama. Kami langsung bergegas agar bisa sampai di kilometer 95 dalam keadaan santai, karena masih akan mengunjungi salah satu teman terbaikku selama di Malaysia yang kini sudah memiliki putri mungil 16 bulan. Teman ini juga teman mereka bertiga.
Oh iya sebelum lupa, saya Alex dan Peter masih ke rumah Lucas yang letaknya lebih barat dari kami bertiga. Awalnya kami hanya bertiga, tapi karena nyonya Peter tidak bisa ikut jadilah Peter mencari teman bonceng. Lucas adalah orang yang berhasil dilobi. Bukan....bukan, lebih tepatnya karena nyonya Lucas cukup komunikatif dengan Peter. Diplomasi jangka pendek yang dilancarkan dalam semalam memang tak langsun disetujui. Peter sempat menyangka kami hanya akan bertiga, sampai pagi datang dengan satu panggilan masuk "berangkat jam berapa?" Dari sinilah awal perjalanan ini.
Lucas sudah beristri. Beberapa bulan lalu saya dan Alex sempat ke pulau surga tersembunyi di ujung timur pulau Madura. Karena perjalanan tersebut tidak direncanakan matang dan sayapun diajak secara on the spot oleh nyonya-nyonya, jadilah tak sempat mengajak Peter dan istrinya. Barulah saat mereka lihat kami sedang menyepi dari hiruk pikuk Lucas berkomentar "ajak-ajak lah kalau mau jalan"
Lucas dan istri memang masih tergolong pasutri muda. Mereka nampak pacaran meski sudah setahun menikah. Sebenarnya Lucas berencana membawa kuda besi sendiri, namun karena sang permaisuri sedang hamil muda, jadilah dia berangkat sendiri. Anda bertanya bagaimana bisa Lucas mau ikut dengan kami? Tentu saja karena Peter melancarkan diplomasi politik dengan banyak kebohongan yang tentunya akan jadi cerita seru. Haha.
Dua kuda besi menderu di halaman rumah Lucas. Nampak sang istri sudah tersenyum dari kejauhan dan mempersilahkan kami duduk di langgar tempat anak-anak sekitar kampung mengaji. Lucas dan istrinya adalah guru PAUD.
"Duduk dulu kakak kakak...." senyumnya. Kami pun tak sungkan bersila dengan posisi terbaik, melepas tas punggung dan melepas lelah sejenak. Kami baru menempuh 15 kilometer.
Lucas keluar dengan gaya artisnya. Celana jeans, kaos belang hitam putih dan yang membuat saya tersenyum adalah kacamata hitam. Kecurigaanku sudah muncul saat Lucas nampak sama sekali tak menyiapkan barang bawaan yang cukup. "Kalian bawa apa aja kok sampe bawa tas?"
"Ya jas hujan biar ga kebasahan, charger sama kamera" jawab Peter enteng. Saya dan Alex tak menimpali, ini jelas wilayah diplomasi Peter.