Bagi saya, hasil pertandingan dengan skor di luar prediksi adalah Iran 0-0 nigeria, Uruguay 1-3 Costa Rica dan Ghana 1-2 USA.
Brazil sebagai tuan rumah world cup 2014 dikejutkan dengan gol blunder Marcelo yang membuat mereka tertinggal 0-1. Tekanan mental dari sporter tuan rumah nyaris menjadi bumerang, untungnya Neymar menjadi pembeda. Golnya dari sepakan tak terlalu keras tapi terukur dari luar kotak penalti melambungkan mental pemain. Sporter pun kembali riuh saat Brazil dihadiahi penalti, Neymar lagi-lagi berhasil dan membuat jalannya pertandingan semakin cepat dan sporadis. Perlawanan Kroasia untuk berusaha menyamakan skor selesai setelah Oscar berhasil menambah gol dan menjadikan skor 1-3 bagi Brazil.
Pada pertandingan Spanyol melawan Belanda, pemain spanyol yang saya sebut turun dengan format setengah tiki-taka terlihat semakin kebingungan menghadapi pressin ketat dari Belanda. Mendapat hadiah penalti dan sukses dimanfaatkan Alonso menjadi gol pembuka, membuat para pemain asik berputar-putar menguasai bola. Namun tak ada tekanan atau peluang berarti. Sebaliknya Belanda yang memiliki Robben dan Van Persie berhasil menjadi pembeda. Sundulan setengah terbang Van Persie sekilas memang unpredictable dan cukup menyentak mental Spanyol. Robben semakin bergerilya ke semua sisi lapangan, khas permainan total football.
Belanda berhasil bangkit dan mengakhiri pertandingan dengan skor mencolok 1-5, berkat ketenangan mental dan faktor Robben serta Van Persie yang masing-masing mecetak 2 gol hasil skill individu yang luar biasa.
Saat Chile sudah di atas angin dengan keunggulan 2-0, Australia sempat menyentak dengan gol Cahill yang membuat skor menjadi 2-1. Australia kemudian bermain lebih percaya diri untuk bisa menyamakan skor, beruntung Chile tetap bisa meladeni semangat anak-anak kanguru dan berhasil menciptakan gol tambahan (3-1) di ujung laga yang membuat perjuangan Australia menyamakan skor selesai.
Colombia jelas diunggulkan saat melawan Yunani, tapi banyak orang yang masih terpesona dengan mantan juara euro itu saat mengalahkan tuan rumah Portugal di partai final. Tak diunggulkan, namun juara. Di world cup 14 semangat Yunani selesai di menit ke-5, Armero menciptakan gol yang membuat konsentrasi mereka buyar. Setelah itu tak ada lagi yang menarik dari Yunani yang biasanya selalu mengejutkan. (3-0).
Jepang memang saya prediksi akan menciptakan gol lebih dulu. Maklum, semangat mereka luar biasa samurainya. Ditambah persiapan matang 4 tahun dengan pelatih Italy yang cukup mentereng. Namun mental mereka tak terlalu kuat untuk melawan pemain berpengalaman dari Pantai Gading. Masuknya Drogba seperti memberi shock teraphy. Baru 2 menit Drogba masuk menggantikan Serey Die sudah berhasil membuat Bony ciptakan gol penyama. 2 menit kemudian Gervinho membuat negaranya unggul 2-1 atas Jepang.
Menarik untuk melihat Uruguay yang seharusnya mendominasi dengan pemain bintang, kemudian gigit jari dengan 3 gol balasan setelah Cavani dihadiahi penalti. Uruguay seolah tak berdaya melawan Costa Rica. Faktor apa yang membuat mereka tak bernyali? Cuaca dan mental. Tim dari eropa dinilai kurang srek untuk bermain di Brazil, apalagi kalau harus melawan tim negara tetangga (benua amerika). Namun kunci dari kemenangan Costa Rica tetaplah mental dan optimisme tinggi saat tertinggal, apalagi gol Cavani adalah penalti. Sangat tidak menyenangkan bagi pemain dan pelatih.
Inggris dan Italy tampil dengan ciri khas masing-masing. Bisa dilihat dari nuansa liga kedua negara ini, inggris dengah kick and rush yang sangat atraktif. Sementara Italy penuh 'diplomasi'. Pelan-pelan yang penting menang. Gol Marchisio menit 35 berhasil dibalas oleh Sturidge 2 menit setelahnya. Pertandinganpun kembali seperti semula, antara sporadis dan kalem tapi mematikan. 5 menit usai turun minum, Balotelli mendapat umpan lambung akurat dan berhasil menyundul bola masuk ke gawang Inggris. Setelah skor 2-1 Italy kemudian menggunakan strategi cattenacio, mengandalkan serangan balik. Bisa disimpulkan Italy lebih terkonsep dalam menyerang dan bertahan. Sementara Inggris masih seperti biasa, offensive dan mudah dipatahkan.
Ekuador melawan Swiss mirip pertandingan Jepang melawan Pantai gading. Ekuador yang sempat unggul lebih dulu di babak pertama, dikejutkan oleh gol penyeimbang 3 menit pertama babak kedua. Pemain sekelas Inler, Shakiri, Leinsteiner dan Behrami menunjukkan mental juaranya. Terus menekan dengan sabar menunggu gol kemenangan di menit akhir pertandingan. Sementara mental pemain Ekuador berkurang setengah saat skor menjadi 1-1.
Lionel Messi yang turun sejak awal melawan Bosnia seperti tak ada bedanya Argentina tanpa dirinya. Unggul di babak pertama hanya hasil gol bunuh diri. Tak ada yang istimewa. Tapi aksinya di menit 65 berhasil menciptakan gol dari luar kotak penalti. Messi meluapkan emosinya seolah itu pertandingan final dan melawan tim besar. Ini menjadi modal penting mengingat nama top seperti higuain, aguero, rodreguez, dan di maria seolah bukan mereka. Strategi permainan yang menurut saya sangat biasa untuk diisi pemain top dunia. Dan semuanya harus berterima kasih pada Messi mengingar Bosnia sempat menciptakan gol di ujung laga.