Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Saya Jadi Menteri

26 Desember 2014   12:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:25 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Presiden Jokowi melantik jajaran kabinet kerja, muncul pro dan kontra. Terserah apakah pada pilpres lalu mereka memilih atau tidak, yang jelas nama-nama menteri yang dilantik memang cukup menarik untuk dikuliti. Namun masa itu sudah selesai, masa-masa komplain kekecewaan karena kalah saat pilpres atau memang kesal karena menteri terkait dinilai kurang greget.

Kini masyarakat menunggu gebrakan dari para menteri. Menteri Susi sedang berperang melawan hiu-hiu, Menpora sedang berusaha mengalahkan mafia PSSI, dan Menteri ESDM via badan pemberantas mafia migas sedang mempersiapkan kuburan bagi para mafia. Menarik ditunggu nanti hasilnya bagaimana, yang jelas kalau untuk kebaikan, rakyat akan selalu mendukung.

Lalu bagaimana dengan menteri yang lain? Belum kelihatan. Tapi saya menyambut baik niat menteri pariwisata yang kini seolah 'bertanya' pada para kompasianer tentang apa yang kurang dan ide apa yang ingin disampaikan pada menteri?

Tulisan ini sebenarnya sudah sangat lama ingin saya tuliskan, namun karena dulu lebih tertarik pada konflik PSSI dan bahasan lainya, saya baru bisa menuliskan sekarang. Tentang pertanyaan besar.

Saya heran mengapa Indonesia dengan keindahan alam yang luar biasa indah ini tidak mampu menjadi pusat wisata dunia? setidaknya Asia. Masih kalah dengan Singapore yang kecil dan sama sekali tidak memiliki keindahan alam. Tapi karena mereka kreatif dan berpikir bisnis, pemerintah berani berinvestasi besar untuk membuat tempat wisatanya sendiri, meski kadang saya harus tertawa dalam hati saat melihat pantai buatan di Sentosa. Miris. Bayangkan, Singapore berusaha membuat pantai lewat tangan-tangan manusia, sementara kita yang diwarisi keindahan langsung oleh kreasi tangan Tuhan seakan tidak menganggapnya ada.

Sampai saat ini (setahu saya) belum ada perusahaan atau investor yang melihat potensi wisata sebagai peluang bisnis. Investor lebih suka mengeksploitasi alam pada sektor pertambangan dibanding mengelola keindahanya.

Andai saya jadi menteri pariwisata, sepertinya saya akan membuat Lombok sebagai the next Bali. Lombok memiliki keindahan yang luar biasa, namun karena pulau ini tidak memiliki infrastruktur dasar untuk menjadi tempat wisata, maka tak banyak orang mengetahui keberadaanya. Tapi sisi positifnya kita bisa merancang sesistematis dan serapi mungkin.

Pemerintah punya peluang untuk 'menguasai' Lombok dan menyediakan semua hal dari transportasi sampai penginapan sebagai bagian dari eksploitasi keindahan alam.

Kita sudah biasa melihat tempat wisata by design seperti Ancol, lantas mengapa tidak ada yang berani mendesign sebuah pulau menjadi tempat wisata? Toh wahananya sudah ada, kita juga tidak perlu susah payah beli pasir dan angkut batu untuk bikin pantai seperti yang dilakukan Singapore. Lalu mengapa kita tidak bisa berpikir untuk memaksimalkan keindahan alam ini?

Lihatlah Malaysia, hanya karena negara tersebut memiliki bukit, investor Singapore langsung memanfaatkanya dan membuat perusahaan yang kemudian mengelola Genting Highland. Mendirikan Cassino, menyediakan wahana bermain dan tentunya hotel mewah yang siap menampung wisatawan.

Lalu bagaimana Lombok? Pulau ini punya pantai dan gunung yang sama indahnya, dua hal yang langka untuk dimiliki oleh satu pulau kecil. Untuk itu pemerintah melalui BUMN harus berani mengambil kesempatan mengelola wisata Lombok seperti yang dilakukan oleh investor Singapore yang 'menguasai' Genting Highland. Menjadikan Lombok sebagai pulau wisata seperti Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun