Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menikah Ibarat Berlayar, Harus Masuk Akal

20 Januari 2015   16:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kata Menteri Jonan "Transportasi itu harus masuk akal. Memang tidak ada yang berani menjamin, bagus dan mahal pasti akan selamat. Tapi kita tetap harus berusaha maksimal"

Akupun sebenarnya tidak menuntut kesempurnaan, sama sepertimu. Salah besar jika kamu dan orang lain menilaiku perfeksionis. Aku hanya inginkan sebuah kapal yang layak layar. Bukankah di bibir pantai kita sering melihat langsung kapal-kapal tenggelam? Tersambar petir? Atau mendengar ragam kesedihan dari teman yang tinggal di luar pulau.

Aku tidak akan membangun kapal yang lengkap dengan helikopter dan landasanya. Tidak muluk-muluk menyiapkan tekhnologi tinggi agar bisa menyelam di kedalaman jika ingin menghindar dari peperangan antar kapal. Aku hanya mau menyiapkan kapal yang menurut logikaku cukup siap berlayar.

Memang betul berlayar adalah kebaikan, menyempurnakan iman atau ibarat membangun seribu masjid. Tentu saja aku setuju. Namun kamu juga harus tau, bahwa berlayar bisa saja adalah keburukan jika kita tidak maksimal menyiapkan. Kalau tidak percaya, nanti kutunjukkan kitab-kitab warisan para leluhur.

****

Kini kita seperti dua orang yang sedang membangun kapal di pinggir pantai. Kamu tak perlu membantuku, karena jelas ini kewajibanku. Satu-satunya tugasmu hanyalah mengatakan "ya" maka kita akan segera berlayar.

Sepertinya tak lama lagi kapal yang kubangun ini akan selesai, sesempurna keinginanku. Semoga saja kamu masih punya waktu untuk menunggu. Namun jika kau sudah tak sabar untuk menikmati asin dan birunya air laut, nikmatnya menatap senja dan mentari terbit tanpa penghalang, dan sebagainya. Kamu bisa cari nahkoda atau kapal lain yang sudah siap berlayar.

Biarlah aku selesaikan kapal ini, sesuai keinginanku. Karena kuyakin nantinya pasti ada penumpang yang tertarik dengan rancanganku. Entah siapa, entah kapan, yang jelas dengan atau tanpamu, kapal ini akan berlayar bersama taqdirnya.

Tak perlu merasa bersalah sudah meninggalkanku sendiri. Tak perlu mengkhawatirkanku akan bersedih seperti kebanyakan pembuat kapal, karena aku sangat sibuk memikirkan proyekku, aku tak punya waktu untuk merasakan sakitnya kehilangan.

Namun jika kau masih mau bersabar, kau bisa pegang janjiku. "Aku tak akan pernah membuatmu kecewa karena telah bersedia menjadi temanku berlayar. Kita akan jelajahi semua pulau, melampaui Columbus atau nenek moyang kita yang katanya pelaut"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun