Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Susahnya Jadi Kompasianer

26 Februari 2015   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana seperti menjadi mainan baru. Sejak punya tablet, alasan untuk ga menulis karena ga sempat nongkrong depan laptop otomatis terkikis, nyaris habis. Nunggu antrian, lagi di bus, sambil rebahan dan sebagainya bisa diisi nulis-nulis untuk mengeluarkan isi kepala. Sejak memiliki tablet 2014 lalu, Kompasiana jadi senyaman sosial media seperti facebook. Ngetiknya cepat dan bisa dekstop view sehingga ga ada alasan eror karena K mobile.

Ketika tulisan dipublish, pro kontra adalah keniscayaan. Benci dan suka hanyalah pilihan selera seperti kita memesan kopi atau teh, sama sekali bukan kesalahan. Hanya saja dalam setiap tulisan kita diuji seberapa kuat opini yang kita tuliskan?

Bagi orang yang ga suka, biasanya melampiaskan kekesalanya lewat komentar menyerang pribadi. Menilai-nilai penulis dan menghakimi tanpa bisa menjawab isi tulisan. Namun ga jarang antar kompasianer saling balas tulisan untuk menunjukkan kemampuan mereka membantah opini. Meski kadang ada juga tulisan balasan yang isinya sekedar caci maki. Itulah alam kompasiana.

Saya bergabung tahun 2011, banyak nama yang semula aktif kemudian berhenti menulis. Banyak juga yang semula hanya jadi komentator kemudian turun gunung dengan ikut menulis.

Kompasiana adalah sosial media penyalur hobi dan cara mudah untuk berbagi opini. Memiliki blog tanpa perlu mikirin hosting, domain dan sebagainya karena sudah diurusi admin. Bahkan isi tulisan juga kadang dibantu edit oleh admin, dimiringin (jia bahasa asing), judul diganti semenarik mungkin dan diberi gambar ilustrasi jika HL. Jadi meski menulis dengan tablet dan susah mengedit untuk tebal atu miring, nanti (kadang) admin bantu editin.

Lalu apa susahnya jadi kompasianer? Ga susah sih, lebih tepatnya semacam tantangan. Berikut ini penilaian pribadi penulis, entah apakah rekan kompasianer juga mengalaminya atau nggak?

1. Susahnya Balas Komentar

Saat membahas materi yang berat (bagi saya) seperti ekonomi dan filsafat, kadang ada beberapa komentar yang harus saya cerna dan pelajari dulu sebelum menjawab. Beberapa komentar malah harus saya baca dua kali untuk mengerti maksud komentator. Beberapa kesempatan memang komentatornya lebih 'pakar' dari yang menulis.

Bagaimanapun komentar harus dijawab agar ga terkesan sombong. Semakin berat bahasan yang coba dibagikan, semakin berpotensi menarik komentar bahasa langit.

Sebelum menulis, saya sudah pertimbangkan isi dan fakta logisnya agar tulisan tersebut ga mempermalukan diri sendiri. Jangan sampai membahas kelangsingan seekor panda, padahal panda ga ada yang langsing. Jangan sampai menyimpulkan 4 HANYA dihasilkan dari 2+2. Padahal bisa saja 1+3, 2×2, 5-1 dan seterusnya.

2. 'Gerombolan' Kompasianer

Sudah hukum alam, kita akan tergabung dalam kelompok-kelompok yang dirasa cocok. Saat berbeda pendapat dengan salah satu 'anggota'nya, biasanya teman-teman yang lain akan membentuk pertahanan dan penyerangan.

Pada beberapa kesempatan saya mengalami situasi seperti itu. Ga peduli selogis dan sekuat apapun artikel yang dituliskan, yang namanya benci ya benci aja. Sudah ga peduli dengan isi tulisan, yang penting serbu. Bisa juga karena ga mampu menjawab, karena jika sebuah artikel mudah dipatahkan, pasti kita lebih suka menjawabnya dengan opini tanpa perlu mencaci penulisnya. Begitu kan?

Nah di sini kelamahan saya, kompasianer yang jarang blusukan berhahahihi di lapak orang. Jadi kalau ga sengaja berkonflik dengan anggota 'gerombolan' harus siap sendiri dengan logika. Haha

3. Menjadi Blogger

Banyak kompasianer datang dan pergi. Banyak yang kerjaanya bikin rusuh dan spamming di tulisan orang. Banyak yang muncul hanya musiman, musim pilpres, musim PSSI vs KPSI dan banyak lagi. Setelah musim usai, merekapun bubar barisan. Menunggu musim selanjutnya yang dianggapnya menarik untuk masuk.

Saya belajar jadi blogger yang ga peduli dengan musim, meski kadang juga ikut masuk ke dalamnya. Menjadikan Kompasiana sama seperti blog pribadi yang menuliskan sesuatu yang ingin disampaikan, bukan hanya fokus pada satu bahasan.

Saya pasti bosan kalau hanya menulis satu bahasan. Pasti kehabisan bahan kalau untuk menulis harus baca buku dulu atau referensi. Dan yang pasti ga menyenangkan bukan? Sama kayak mengerjakan tugas kampus. Ini tantangan tersendiri agar aktiftas menulis ga membosankan.

Nah sementara itu dulu edisi susahnya jadi kompasianer. Selamat pagi Indonesia....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun