Suara kokok ayam, burung-burung yang bernyanyi riang, dan sinar mentari yang memasuki kamarku tanpa permisi melalui jendela lebar tak bertirai, membangunkanku keesokan harinya.
"'Waaah, cantik sudah bangun?" sapa Abah.
"Iya Bah. Maaf, semalam aku ketiduran. Jadi nggak sempat bantu-bantu Abah."
"Iya, nggak apa-apa. Sana, cuci muka dulu. Terus buatin Abah kopi ya." pinta Abah.
Secangkir kopi pahit yang memang biasa aku buat untuk Abah di pagi hari sudah siap. Tapi, aku tak menemukan Abah di ruang tamu.
"Abah, Abah dimana. Kopinya sudah siap?" Teriakku.
Tak begitu lama, suara Abah terdengar dari balik sebuah pintu di belakang rumah. Lalu, Abah memintaku untuk mengantar kopinya kesana.
"Wooooooow, ini luar biasa sekali. Pemandangannya benar-benar indah di pagi hari." kataku pada Abah.
"Gimana, kamu senang kan tinggal di rumah ini?"
"Senenglah Abah. Seneng banget." sambil mencium kening Abah.
"Makasih ya Abah. Sudah mengajakku ke tempat ini."