“Kita sebenarnya ada dimana dan mau kemana?” tanyaku pada orang yang berdiri tepat di sebelahku. Dia hanya membisu, berdiam diri tanpa banyak kata atau pergerakan. Tak sepertiku yang selalu aktif bergerak untuk membuat diriku sendiri selalu senang dan merasa nyaman kapanpun dan dimanapun. Apalagi, ada orang lain yang bisa aku ajak bicara, sudah pasti aku lebih tak bisa mengunci mulutku sendiri untuk berbicara.
“kamu siapa?”
“apa aku boleh tahu asal kamu darimana?”
“kenapa kamu diam saja?”
“apa kamu bisu?”
Tetap saja, dia tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.
“oy, sebenarnya kita disini ngapain ya?’
“perasaan, terakhir kali aku sadar aku keluar rumah untuk berlari pagi. Tapi entah kenapa aku ada disini?” tanyaku padanya.
Ya, meskipun aku juga sangat penasaran kenapa aku tiba – tiba ada di tempat asing ini, tapi aku santai saja. Karena aku menganggap segala sesuatu itu sudah ada yang mengatur, apapun yang terjadi, dimanapun itu, aku selalu saja berusaha berprasangka baik kepada Tuhan, karena aku diajarkan bahwa Tuhan itu bergantung pada prasangka hambanya. Jadi, aku berpikir bahwa saat ini aku berada disuatu tempat yang Tuhan inginkan, agar aku bisa belajar banyak hal. Pikirku seperti itu, walaupun sebenarnya tetap masih bertanya-tanya terhadap apa yang terjadi sebenarnya.
“eh iya. Bagaimana denganmu? Apa kamu memang niat berada di tempat ini? Atau kamu sama sepertiku. Tiba – tiba saja kamu ada disini dan tak tahu harus berbuat apa?” lagi-lagi beberapa kalimat terlontar dari mulutku pada orang itu. Tapi tetap saja dia diam dengan tenang.
Tak seberapa lama, orang itu kemudian duduk bersandar di bawah pohon besar yang sangat rindang, tempat kita berdua berada. Entah karena dia kelelahan atau ada alasan lain, aku tidak terlalu memikirnya. Aku tetap sibuk dengan acara mondar-mandirku sambil mengamati sekitar dan mencari jawaban terhadap apa yang sebenarnya terjadi dan tempat apa sebenarnya ini.