Dari aromamu yang disampaikan angin, menelusup mengembun di dada, sempurna heningkan ditepian senja..
Lantas kupandangi kau gadis beralis tipis, ada gerimis mengkristal disudut mata kabarkan luka yang tlah sempurna, entah untuk siapa, entah dari siapa...
Sesekali lentik jemarimu nampak sibuk menata rambutmu yang dihamburkan angin..
Dan sesekali aku menatap dalam bening matamu..
Sesekali pula kau diam, tenggelam dalam tatapanku..
Kau diam, aku diam dan kita sama sama tenggelam dalam dunia angan yang menghanyutkan..
Dipundak ini kau sandarkan kecewa entah milik siapa, sembari memandangi gurat merah matahari senja..
" Ini terakhir kali kau ajakku tuangkan luka dibawah guyuran matahari senja " katanya..
Dan kaupun ayunkan kaki mengikuti matahari yang beranjak pergi..
Hatipun hening, waktu tenggelam dimana dunia kelam tersulam..
Dan senjapun kembali diam ditampar sunyi..
Ah kau gadis manis yang bisa memahami sepi, kau yang tak pernah bisa dimengerti naluriku ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H