Lewat aroma teh aku melihat jantung malam
Sunyi yang tajam merobek dalam rahim malam
Siapa yang menyanyikan sunyi itu..
Perlahan ia menyinggahi dadaku
Lantas beranjak ke bibir jendela
Mendengar samar kabar dari keheningan Â
Katanya kesunyian itu tlah sampai ke langit kota
Dab berseru tentang sejarah mulai terlupa..
Dan semua membaur di sela sela udara
Menyingkap secuil kisah yang katanya kuno
Mengingatkanu pada segelas teh yang hampir beku, begitu tajam mentapku
Memarahiku seperti ibu,..
Dan berkisahlah ingatan tentang pria di timur desa
 Kubayangkan ia sebagai teduh pohon
Tempat seorang bocah berlari memohon pengharapan
Di mana ia bayangkan kelak ia tumbuh tinggi
Dan menaungi pangaharapan bocah bocah berlari di bibir zaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H