Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Penebang

20 Mei 2015   20:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari kejauhan daun pohon tua mengerang
Melahap setiap kelam yang datang
Pohon itu berdiri garang
Dikakinya zaman menjerit memangil manggil nama Tuhan

Dan dari sekumpulan ilalang
Mata kapak menatap berang
Menebas kulit dan batang, dengan lantang
Kelicikan menjerit dan tumbang

Tapi itu pohon tempat setan berwajah brahmana sembunyi dalam gelap liang
Pada sunyi kering ranting ia datang dan lenyap bagai asap
Meninggalkan jejak serupa kisah kisruh yang berdiri angkuh

Burung burung penghasut berteriak berang
Hendak mengguncang seisi ladang yang tlah membunuh pohon tempat kebohongan bersarang
Diantara gemuruh angin rumput rumput berdoa tuk sang penebang
Agar tak mati disatroni badai kebencian yang datang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun