Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki dan Senja

29 Oktober 2011   11:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menutup mata mengeja mimpi.
Selayak senja melebur diri
Di ujung hari,di balik punggung gunung
Ia yang tak kunjung letih,menggaris langit

Mengitari selingkar bumi.
Dalam kelopak cahaya tuanya ia mengubur diri.
Mencumbui mimpi,menghilang selepas sore hari.
Sementara sang angin melayapi,rongga rongga dedaunan.

Ia memberi kabar tentang penyair di sebrang lautan.
Ia menyulam kata serupa pahitnya hidup.
Mengudar semua getir jalannya.

Lalu melukis nasibnya di bentangan pantai.
Sembari menertawai takdirnya.
Penanya memicu hujan,di atas samudra.

Di daun hujan ia berkaca,sembari menertawai dirinya sendiri.
Hatinya bertarung dengan mimpinya.
Berkecamuk dada,bergemuruh hingga ia rubuh.

Langit di matanya retak,berserak.
Bening matanya mengembun,hujanpun turun dari matanya.
Itu adalah suara hati,yang terpendam
Yang slama ini terbelit tali kesunyian.
Saat ia berdiri,ia menjadi orang yang tak ia kenali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun