Air mata mampir, melepas getir
Selepas waktu mencatat sejumput murung di kertas nasib
Di bawah pijar lampu lorong ini begitu liku
Di antara lalu lalang orang orang yang di buru mimpi
Di lorong yang sama
Sepi yang sama
Duka yang sama, doa yang hampir sama
Aroma gelisah yang selalu sama
Di balik pintu maut mengintip
Di sisinya terbaring harapan berdebuÂ
Sebab di sini batas hidup dan mati begitu tipis
Tak lebih tipis kulit dari kulit ari
Wijayakusuma D1
18082015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI