Mohon tunggu...
Taufik Alamsyah
Taufik Alamsyah Mohon Tunggu... Guru - Buruh Kognitif
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang tenaga pengajar yang hanya ingin mencurahkan pemikiran dan emosional dalam diri ke ranah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Pascakorona

4 Januari 2024   19:46 Diperbarui: 4 Januari 2024   19:49 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Courtesy of inquirer.com 

Melupakan, dalam hal cinta, adalah suatu upaya penebusan dosa yang setimpal dan tersulit "Begitulah, bunyi surat Abelard kepada Heloise. Salah satu kisah percintaan sejati nan tragis pada abad-12 di Paris, Perancis, juga masuk sejarah cinta paling heroik dan kelam dalam perjalanan sepanjang peradaban manusia.

Singkatnya, bagaimana Peter Abelard seorang intelektual berumur 37 tahun dalam bidang filosofi dan teologi, jatuh cinta kepada seorang perempuan muda dan juga cerdas berusia 19 tahun. Berawal dari kedekatan hubungan Guru dan Murid dalam kelas Gereja Katolik, di mana Heloise adalah calon biarawati, benih-benih cinta mereka tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Namun, kisah cinta mereka terhalang. Pelbagai ujian datang menghadang. Selain usia terpaut jauh, juga Abelard sulit memilih jalan hidup, sebab terikat dengan karir dan sumpah di Gereja yang mengharuskannya untuk selibat (baca: pilihan hidup untuk tidak menikah karena agama/kepercayaan). Heloise hamil, dan berita hubungan percintaannya sampai pada telinga Fulbert, paman dari Heloise yang juga petinggi Katedral Notre Dame. Fulbert murka dan menyewa sekawanan orang untuk menciderai Abelard. Abelard selain babak belur, juga dikebiri. Mereka dipisahkan, pun Heloise dengan anaknya.

Selama 20 tahun Abelard dan Heloise tidak bertemu. Mereka hanya menghirup udara dalam napas surat yang saling berbalas. Cintalah yang menghidupkan mereka!Setelah membaca kisah cinta tadi, tentu secara tidak langsung, suka atau tidak, mengaku atau menyangkal, neuron dalam otak kita memaksa untuk mengadopsi kisah cinta tersebut masuk dalam Amigdala, dan mengendap ke dalam lamunan sampai mengalir ke bibir pelan, lalu bergumam "seandainya kisah cinta gw seperti ". 

STOP! Gak usah sok-sok mengimajinasikan kisah tersebut. Ambyar ya ambyar aja udah. Silakan sebat dan ngopi dulu.Ok lanjut. Berbicara mengenai cinta, tak bisa dilepaskan dari manusia. Sebab cinta adalah roh bagi manusia itu sendiri. Het, tar dulu, ini bukan filsafat Hegel dengan idealismenya, saya tekankan lagi bukan! Ini adalah pandangan saya, juga terinspirasi dalam pandagan filsuf yang membahas tentang cinta, dan paling penting, saya seperti mendapat ilham dari kawan-kawan HT, kawan-kawan SMP, SMA, juga kawan-kawan Depok, dan lainnya, yang saben hari ada saja pesan masuk lewat ponsel maupun kanal media sosial saya, yang mencurahkan isi hati mereka terdahap dunia kisah cinta masing-masing.

Sialnya, tak ada kabar bahagia yang diterima daun telinga saya. Semua mengambang dalam kegetiran, sebab tak ada sebuah kepastian -bila memang gak mau disebut ambyar-."Aku tidak tahu apa yang orang maksud dengan cinta," begitu pengakuan Leo Tolstoy dalam buku hariannya. "Jika cinta adalah hal-hal yang sudah kubaca dan ku dengar, maka aku belum pernah mengalaminya." Tapi, pada halaman lain ia menulis: " Aku melihat A --begitu menarik. Aku menantinya berhari-hari. Hari ini di hutan tua. 

Betapa aku orang yang bodoh, dan kasar. Wajah tersipunya, juga matanya. Aku jatuh cinta, lebih dari yang pernah ku rasakan di sepanjang hidupku. Aku tersiksa."Begitulah ungkap Leo Tolstoy, novelis Rusia yang terkenal karyanya War and Peace dan Anna Karenina dan juga yang mempunya 14 anak tersebut. 

Sekilas, Leo Tolstoy seperti Anak Baru Gedeyang mendapat pesan sedikit perhatian dari lawan jenis hingga jiwanya bergetar ke seluruh tubuh. Lalu pada tengah malam dengan langit bergemintang, ia bergeming, "kok dia perhatian ya?" atau "eh tiba-tiba hati ini bergejolak deh" alah Biji Banteng! Tapi kalo boleh jujur, terlepas dari segala usia dan pengalaman yang sering kita jumpai, terkadang, kita merasakan hal yang sama. Sesuatu yang persis apa yang diungkapkan oleh Leo Tolstoy. Lebih tepatnya mempertanyakan, "cinta itu itu apa sih?" atau "apakah ini cinta" ? Ok. Untuk menjawab pertanyaan itu, tentu bukan perihal gampang, atau menyederhanakan segalanya dan jatuh pada pereduksian realitas cinta itu sendiri. Anjay, ngomong apasih gw anjir.

Saya ingin melanjutkan, tetapi bingung, mau ambil dari kacamata apa dan siapa. Dari filsuf kah, atau dari psikolog kah, atau dari neuron sains lah. Sebab dari itu semua, kalo boleh jujur lagi nih ya, tak ada yang pasti dan memastikan secara teori maupun rill dalam realitas para tokoh dan kisah cinta mereka. Sebab, dari pemikiran maupun praksis, dari semuanya tak ada yang valid atau pas banget bila kita aplikasikan dalam kehidupan. Artinya, pelbagai teori, pendapat, atau kiat-sukses lainnya terkadang langsung hilang arah saat diterpa badai kenyataan. 

Ilmu-ilmu yang kita pelajari, perkataan-perkataan para filsuf, seolah-olah tak ada gunanya dan bahkan tak bisa menyelesaikan semua permasalahan cinta umat manusia. Hey, tapi tahan dulu itu semua ya, biar bisa membuka pengetahuan baru dan sedikit mengintip bahwasanya bisa jadi setelah saya kasih pendapat dari filsuf satu ini, jangan kali aja ada sebuah secercah harapan. Ok. Saya coba akan mengurai cinta dari sudut pandang filsuf Erich Fromm.Cinta Dalam Pandangan Erich FrommErich Pinchas Fromm lahir 23 maret 1900-18 Maret 1980 pada umur 79 tahun merupakan psikolog sosial, psikoanalis, sosiolog, humanis, dan filsuf berkebangsaan Jerman. Ia mempunyai sebuah karya mahsyur dalam meneliti apa itu cinta, dan bagaimana cinta itu bekerja, yang terdapat dalam bukunya "The Art of Lovin". Di sini saya mencoba memudahkan apa yang dikatakan dan dimaksud oleh Erich Fromm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun