Dan, hanya pernikahan yang memungkinkan itu semua, bukan hanya pacaran sesaat, bukan pacaran tak tentu arahnya, bukan cinta satu malam, bukan hubungan tanpa status, bukan Friend with benefit, bukan cinta bertepuk sebelah tangan, bukan badut, tetapi hanya pernikahan!
Saya sudah mulai untuk mempersiapkan semuanya. Dimulai dari mengkondisikan diri saya untuk berpikir, memahami, dan belajar cara mencintai yang baik dan benar. Saya memilih seseorang untuk menjadi pasangan dan berkomitmen untuk hidup dengan saya sampai langit runtuh dan maut memisahkan. Saya mencari seseorang bukan hanya untuk rasa nyaman karena kesempatan, bukan pula yang sibuk mengemasi gaya hidup, cara berpakaian, maupun kapasitas finansial. Logika cinta menjadi logika negosiasi perdagangan. Relasi antar rasa yang bersifat agung direduksi layaknya jual-beli barang dagangan. Waktu hidup mereka dihabiskan untuk mengemas diri, bukan mempersiapkan pembelajaran cinta kasih yang sesungguhnya.
Harapan dan kecemasan yang berbaur itu berakhir pada seorang perempuan yang bermana Sheila Syafira Hidayat. Gadis Betawi yang begitu cantik dan aduhai, senyum indah nan mungil yang menawan. Aku tergila-gila padanya. Dan beruntungnya lagi, ia menerima dan ingin berkomitmen dan hidup dengan saya dalam mahligai pernikahan. Ini bukan hanya anugerah lalu berucap alhamdulillah, tetapi wajib disyukuri sembari sujud syukur seraya menangis ke hadapan yang maha kuasa, di mana Ia telah bukan hanya memenuhi harapan dan keinginanku, tetapi melampaui apa yang aku pikir, imajinasikan, dan rapalkan panjat doa-doa di sepertiga malam.
Kehadiran Sheila mampu menyapu bersih problem dalam cinta; dari proses pemaknaan maupun perwujudan atas konsepsi yang diyakini oleh seluruh umat manusia. Sheila mampu menghadapi inventarisasi problem cinta yang bisa diidentifikasi, seperti ketidakcocokan, ketidaksepahaman, dan ketidaksetaraan. Sheila bersedia menempuh jalan "cinta" dari pemikiran Erich Fromm yaitu care (perhatian), responsibility (tanggung jawab), respect (hormat), dan knowledge (pengetahuan). Kami berdua sepakat; untuk terus membangun dan mengkontruksi cinta kita tanpa finalistas!
Jika dalam buku The Second Sex, filsuf perempuan Prancis Simone de Beauvoir mengatakan, "Authentic love mesti timbul dari kesadaran resiprokal (saling berbalas) antar dua kebebasan; tiap pasangan nantinya akan mengalami menjadi dirinya sendiri sekaligus menempatkan dirinya sebagai yang lain: tiap pasangan tidak ada yang melepaskan nilai transendensi mereka maupun 'memutilasi' diri mereka sendiri; bersama-sama mereka akan mengungkap nilai dan tujuan hidup mereka di dunia". Maka, Sheila Syafira Hidayat adalah sebenar-benarnya representasi dari perwujudan Authentic love itu sendiri.
Amor animi arbitrio sumitur, non ponitur. Kita memilih untuk mencintai (Sheila), tapi kita tidak memilih untuk berhenti mencintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H