Pada tahun 1947, Oppenheimer menjadi kepala Komite Penasihat Umum dari Komisi Energi Atom (AEC), memberi nasihat tentang kebijakan dan penelitian nuklir. Tanpa diketahui umum, David Greenglass salah satu teknisi yang bekerja pada Manhattan Project mengumpulkan berbagai informasi teknis pembuatan bom atom. Informasi ini kemudian diteruskan kepada kakaknya Ethel Rosenberg yang bersama suaminya Julius adalah mata-mata Uni Soviet. Kuat dugaan, informasi yang dikumpulkan David Greenglass dan diteruskan Ethel dan Julius Rosenberg kepada pihak Uni Soviet - mempercepat proyek bom atom Uni Soviet. Pada tanggal 29 Agustus 1949 - Uni Soviet meledakkan Bom Atom pertamanya di Semipalatinsk, Kazakhstan. Amerika sendiri baru tahu Uni Soviet telah memiliki bom atom sekitar sebulan setelah peledakan. Peralatan survei Amerika mendeteksi tebaran zat radio aktif di udara hasil uji coba ledakan. Monopoli Amerika atas bom atom terpecahkan. Uni Soviet juga telah memiliki bom atom.
Beberapa bulan kemudian di tahun 1949, intelijen Inggris menahan Klaus Fuchs, ilmuwan berdarah Jerman yang terjaring membocorkan rahasia senjata Amerika kepada Uni Soviet. Tahun 1930 Fuchs pernah menjadi anggota partai komunis Jerman sebelum melarikan diri saat Hitler berkuasa. Di Inggris, Klaus Fuchs melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh PhD di bidang fisika. Ia terlibat proyek Bom Atom Inggris yang diberi nama "Tube Alloys". Saat Manhattan Project berjalan, Klaus Fuchs ikut dalam rombongan ilmuwan Inggris yang ikut meneliti Bom Atom.
Segera setelah Uni Soviet terbukti memiliki senjata atom, presiden Truman memberi lampu hijau bagi pengembangan senjata nuklir, yang memiliki daya ledak hingga seribu kali lebih kuat dari senjata atom. Oppenheimer tidak setuju dengan eskalasi ini. Dia percaya bahwa bom atom sudah cukup merusak dan senjata yang lebih kuat hanya akan mengarah pada perlombaan senjata yang berbahaya. Penentangannya terhadap bom Hidrogen membuatnya berselisih dengan banyak orang di pemerintah dan militer AS, yang melihat pengembangan bom Hidrogen kebutuhan keamanan nasional. Ketidaksepakatan ini salah satu faktor yang mengarah pada pencabutan izin keamanannya Oppenheimer pada tahun 1953.
Secara efektif mengakhiri perannya dalam membentuk kebijakan nuklir AS. Kasus Rosenberg, di mana Julius dan Ethel Rosenberg dihukum karena spionase untuk Uni Soviet, semakin meningkatkan paranoia spionase komunis selama periode ini. Ini masih ditambah dengan tertangkapnya Klaus Fuchs. Maka, muncul masa yang disebut "Red Scare" Kedua di Amerika. Edgar Hoover yang saat itu memimpin FBI telah memiliki catatan cukup panjang tentang Oppenheimer, yaitu sejak 1941. Dalam pandangan Edgar Hoover, bila terjadi masalah serius dengan keamanan Amerika, maka Oppenheimer akan masuk pihak-pihak pertama yang perlu ditahan. Setelah melewati persidangan, pasangan Rosenberg dieksekusi pada tahun 1953, tahun yang sama izin keamanan Oppenheimer dicabut, semua dipicu oleh peristiwa Red Scare.
Meskipun kontroversi, Oppenheimer terus berkontribusi pada sains dan kehidupan publik. Dia menjadi direktur Institute for Advanced Study di Princeton pada tahun 1947. Makin tambah ruwet, karena Kitty istri Robert Oppenheimer yang dinikahinya pada tahun 1940, adalah juga seorang simpatisan gerakan komunis. Sebelum menikah dengan Robert, Kitty menikah dengan Joe Dallet tokoh komunis Amerika yang terbunuh di Perang Sipil Spanyol.
Jadi, bukan cuma adiknya Frank, tunangannya Jean Tatlock (yang kemudian berpisah setelah empat tahun), tapi istrinya Kitty adalah juga simpatisan komunis. Dan semuanya dibongkar di masa-masa Senator McCarthy memanfaatkan Red Scare untuk menaikkan popularitas. Penolakan Oppie atas pengembangan bom Hidrogen (senjata nuklir) membuatnya berselisih dengan ilmuwan lainnya. Pengembangan Bom Hidrogen selanjutnya dilakukan oleh Edward Teller, rekannya di Manhattan Project. Di tahun 1952, Amerika sukses meledakkan Bom Hidrogen pertama.
Sekarang, jadi jelas gambarannya mengapa kisah hidup tokoh Oppenheimer menjadi menarik diangkat ke layar lebar, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H