Kecemerlangan Widodo Cahyono dalam melatih Bali United patut diacungi jempol. Dari tim yang tidak terlalu diperhitungkan, menjadi pesaing utama dalam perebutan gelar Liga 1 Go-Jek Traveloka 2017. Ia pun berhasil membawa Bali United menyabet peringkat ke-2 mengungguli tim-tim besar seperti Arema, Persipura dan Madura United.Â
Sebelum melatih Bali United, Widodo Cahyono adalah pelatih Sriwijaya FC. Sungguh naas baginya, beberapa hari menjelang bergulirnya Liga 1, Widodo dipecat oleh manajemen SFC yang diumumkan secara resmi oleh Presidennya Dodi Reza Alex Noerdin lewat akun twitter resminya @dodireza.
Berikut cuit Dodi di twitternya:
"Setelah melakukan serangkaian pembahasan dan evaluasi menyeluruh, maka jajaran manajemen serta tim memutuskan tak memperpanjang kontrak Widodo Cahyono Putro sebagai pelatih kepala SFC dan tim pelatih lainnya pada 30 Maret 2017 ini," tulis Dodi.
Keputusan Dodi memecat Widodo karena kinerjanya sepanjang Indonesia Soccer Championship dianggap kurang memuaskan. Tetapi, nasib memang tak ada yang tahu, setelah dianggap gagal melatih SFC, Widodo justru menjelma menjadi pelatih yang disegani baik di tingkat nasional maupun international.
Hal itu tak terlepas dari kemampuannya membawa Bali United bertengger di peringkat ke-2 diakhir musim Liga 1 Go-Jek Traveloka 2017. Kemampuan Widodo membawa Bali United bersaing di papan atas, jelas menjadi pukulan telak bagi SFC.
Pasalnya, tim yang memecatnya justru sempat berkutat di papan bawah klasemen, sebelum mengakhiri kompetisi di peringkat 11. Sekalipun tidak terdegradasi, finis di peringkat ke-11 bukanlah prestasi yang memuaskan bagi klub sebesar SFC.
Musim sudah berlalu, kompetisi sudah selesai. Tetapi musim 2017 jelas menjadi kenangan pahit bagi klub SFC. Pelatih yang dipecatnya sukses di klub lain, pelatih yang ditunjuknya justru tak mampu berbuat banyak untuk klub yang bermarkas di Palembang ini.
Dalam sepakbola ada pepatah banyaknya pemain bintang saja tidak cukup, kehadiran pelatih hebat sangat penting. Tetapi tetap saja, kalau dipimpin oleh manajemen yang buruk dan tak memahami situasi klub, sulit akan meraih prestasi.
Apa yang dilakukan manajemen SFC, terutama sang Presiden Dodi Reza Alex adalah bukti nyata ketidakpahaman mereka terhadap kebutuhan klub. Ke depan kalau SFC ingin meraih prestasi yang bagus, kekuasaan Dodi dalam menentukan kebutuhan tim harus dikurangi. Karena beliau bukan orang yang ahli dalam memilih pelatih maupun pemain yang dibutuhkan tim.
Dodi seorang politisi bukan pengamat sepakbola atau mantan pemain bola. Menjadi anggota legislative mungkin dia bagus karena terbiasa menyusun rancangan UU. Tetapi menjadi penentu kebijakan klub belum tentu, karena tadi dia bukan pengamat sepakbola, juga bukan mantan pemain bola.