Konflik antara beruang madu dan warga Musi Rawa Utara, Sumatra Selatan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir kian panas.  Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumsel, Martialis Puspito KM, konflik tersebut  disebabkan karena habitat beruang madu mulai terganggu dengan aktifitas masyarakat yang terus membuka lahan untuk perkebunan.
Akibat serangan beruang madu tersebut, satu orang korban meninggal dunia karena diserang beruang madu saat berkebun. Baru-baru ini korbannya adalah petani karet Nopi Elviana (34), ia mengalami patah tulang hidung dan menderita luka parah.
Martialis menjelaskan, belakangan beruang madu memang menyerang secara membabi buta. Mereka juga panik saat mencari makan dan masuk perkebunan masyarakat karena hutan sebagai habitatnya sudah beralih fungsi. Hal ini Martialis sampaikan ke detikcom saat ditemui di kantornya Jalan Kolonel H Burlian, Palembang, Jumat (8/11/2017).
Wilayah Musi Rawas Utara, Sumsel sendiri memang didominasi oleh binatang buas berupa beruang madu. Sehingga keberadaanya kerap menimbulkan konfilik dengan masyarakat yang sedang berkebun.
Sampai-sampai BKSDA Sumsel mengirim tim ke lokasi di mana beruang madu menyerang Evi saat sedang menyadap karet di Desa Lebak Rumbai, Kecamatan Rumpit, Kabupaten Musi Rawas Utara pada Kamis (7/) sekitar pukul 07.00 WIB. Tim tersebut akan melakukan pemantauan terhadap keberadaan beruang madu yang telah menyebabkan konflik.
Untuk menghindari terjadinya konflik antara binatang buas dengan masyarakat saat sedang berkebun, Martilalis meminta segera melaporkan ke BKSDA Sumsel jika melihat adanya tanda-tanda atau jejak. Sehingga, BKSDA dapat mengambil tindakan awal sebelum adanya korban jiwa.
Informasi terakhir, korban diketahui telah dirujuk dari RS Rumpit ke RS Mohamad Hoesin Palembang untuk menjalani perawatan medis. Korban mengalami patah tulang hidung dan luka bekas cakaran dibagian wajah usai diserang 2 ekor beruang madu.
Menanggapi serangan beruang madu ke masyarakat tersebut, aktivis lingkungan Sumsel, Sudedi menyatakan tak lepas dari kurangnya kepedulian pemerintah Sumsel terhadap hutan lindung di Sumsel. Sudedi mengkritik pemerintah yang membiarkan masyarakat dengan seenaknya menggunakan hutan tempat bernaung para hewan tersebut dijadikan lahan perkebunan.
Menurut Sudedi, Gubernur Alex Noerdin seharusnya menjadikan hutan lindung tersebut sebagai cagar alam yang tak boleh diganggu masyarakat. Karena hewan juga ingin hidup tenang, kalau hutannya dirusak, maka wajar mereka akan menyerang membabibuta siapapun yang mengganggunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H