Jumlah sisa makanan yang sampai ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara),dapat menunjukkan perilaku kita ,apakah kita termasuk orang yang senang melakukan  tindakan pemborosan terhadap keuangan atau termasuk orang yang berperilaku hemat, yang dapat secara maksimal menekan  pengeluaran uang.
Jumlah sisa makanan yang sampai ke TPS besar berarti ada kemungkinan kita berperilaku boros,sebaliknya bila jumlah sisa makanan yang sampai ke TPS kecil ada kemungkinan kita berperilaku hemat.
Makanan Tidak Bersisa
Berdasarkan pengalaman, makanan yang sering tidak bersisa adalah makanan jadi yang dibeli di warung,restoran atau kafe,seperti sate, nasi kuning, bubur ayam, mie bakso, soto,sop, seafood, karena ketika membelinya dapat  terukur dengan akurat. Misalnya untuk makan pagi kita bisa beli nasi kuning dan sepotong ikan atau sebutir telor dan di sore harinya membeli tiga porsi sate untuk  3 orang,3 porsi sop atau soto .Â
Maka sangat jarang  terjadi makanan bersisa, kecuali bila makanan tesebut tidak sesuai dengan selera kita. Hal ini karena kita membeli  makanan kepada orang  yang sebelumnya kita tidak pernah membeli makanan yang dijualnya. Kita belum tahu rasa makanan yang dibuatnya, sebaliknya bila kita membeli makanan pada orang yang sudah menjadi langganan kita,kita sudah tahu dengan rasa makanannya.
Kita memang terhindar dari makanan yang bersisa dan menjadi limbah,tapi kita pun harus mengeluarkan biaya ekstra . Karena pengeluaran akan lebih besar bila kita membeli makanan jadi dibandingkan bila kita membeli yang mentahnya lalu kita masak sendiri.
Sisa Makanan Yang Sudah Tidak Dapat Dimakan lagi
Limbah Sisa makanan yang  tidak dapat kita  makan lagi dan tidak  dapat di daur ulang lagi untuk dimakan kembali,yaitu karena sudah rusak,basi atau membusuk ,apakah itu buah-buahan,sayur-sayuran, ikan ,nasi  atau sisa  sayur-sayuran atau bumbu-bumbu dan  bahan-bahan lainnya yang telah kita siangi, semuanya  itu tidak langsung dibuang ke TPS,tapi diolah menjadi pupuk kompos dengan pengolahan dan peralatan sederhana .Sehingga limbah sisa makanan  ,termasuk juga limbah lainnya tersebut sangat minim sekali  dibuang ke TPS.
Hal demikian disamping kita masih dapat mengambil manfaat dari sisa-sisa makanan yang sudah tidak bisa dimakan atau didaur ulang lagi,yaitu dengan cara menjadikannya pupuk kompos ,sehingga kita tidak perlu beli pupuk sebagai penyubur  tanah  untuk media tanaman hias atau tanaman buah  atau tanaman sayuran yang kita miliki.
Dengan cara mengolah  limbah sisa makanan menjadi pupuk kompos , berarti kita telah meminimalisir bau sampah pada bak TPS serta menekan biaya pengeluaran untuk membeli pupuk untuk tanaman hias ,tanaman sayuran atau buah yang kita miliki.  Sebab limbah sisa makanan volumenya semakin kecil  yang terbuang ke TPS.Â
Bahkan berdasarkan pengalaman yang sering saya alami,perbandingannya sangat besar antara limbah sisa makanan yang telah dimanfaatkan dengan yang dibuang. Perbandingannya sekitar 9:1. Sembilan bagian untuk dimanfaatkan ,satu  bagian yang dibuang.