Mohon tunggu...
Nur Alamsyah
Nur Alamsyah Mohon Tunggu... -

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Soor Azbakiyah: Pasar Buku Murah di Kairo

7 Mei 2010   09:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Ayyu kitab bi itnein genih..""furshah ukaziyun, al-kitab bi genih..""attafadhal ya ustaz, arabi wa la inglizi?" Demikian teriakan penjual buku di Soor Azbakiyah yang terdengar tiap kali saya berada di sana. Mereka memikat pembeli dengan menawarkan buku murah meriah seharga satu atau dua pound (1 pound = Rp. 1700). Kepada pembeli, mereka juga menawarkan, buku berbahasa Arab ataukah Inggris yang hendak dicari. Berbicara tentang buku murah di Kairo, Soor Azbakiyah adalah pusatnya. Di tempat ini buku-buku murah dijajakan. Buku yang dijual rata-rata buku bekas dan tak lagi cetak ulang. Oleh karena itu, bagi siapa pun yang kesulitan mencari buku, terutama buku cetakan lama dan tidak cetak ulang, di Soor Abakiyah inilah terkadang mereka bisa mendapatkannya. [caption id="attachment_135635" align="alignright" width="300" caption="Tumpukan buku di depan kios (foto: google.com)"][/caption]

Azbakiyah, begitu saya menyebutnya, terletak di Maidan Atabah. Atabah adalah pasar tradisional terbesar di Kairo. Terletak di kawasan strategis, yang tiap hari ramai lalu lalang orang, menjadikan Azbakiyah selalu ramai dikunjungi pembeli. Letak Azbakiyah juga berdekatan dengan stasiun kereta bawah tanah yang menghubungkan sejumlah kota di Kairo.

Sebelum menetap di Soor Azbakyiah, para penjual buku berkeliling dari satu kafe ke kafe lain. Kemudian mereka mulai menggelar dagangannya di Maidan Atabah dekat Dar Opera yang bersebelahan dengan taman Azbakiyah. Nama taman ini dinisbatkan pada Izuddin Yazbek, panglima perang pada masa Sultan Qaitabay, penguasa Dinasti Mamalik pada akhir abad 14, yang membangun taman itu guna mempercantik kawasan Azbakiyah hingga menjadi tempat terkenal di Kairo.

Kehadiran para penjual buku cukup membantu mempertahankan keramaian taman tersebut apalagi di sana ada Dar Opera yang dibangun pada masa pemerintahan Ismail Al-Khadiu (1830-1895). Dar Opera adalah sebuah tempat yang dibangun untuk menyambut para penguasa Eropa dalam perayaan pembukaan Terusan Suez. Di Dar Opera pula, musisi besar seperti Ummi Kultsum, Muhamad Abdul Wahab dan sejumlah musisi ternama Mesir lainnya pernah menggelar konser musik.

Di emperan pagar-pagar taman Azbakiyah itulah para penjual buku membentangkan lapaknya pertama kali pada 1926. Namun pemerintah kota setempat selalu mengusir keberadaan mereka. Pada tahun 1957, para penjual buku mendapat kemudahan berdagang setelah pemerintah setempat mengeluarkan izin dagang meskipun sifatnya temporer. Sejak pagar taman Azbakiyah ditiadakan, di sana mulai berdiri deretan kios buku yang terletak di pinggir taman. Namun pada awal tahun '70 an, sejumlah kios tersebut dipindah di kawasan Husain hingga kemudian dikembalikan ke tempat semula pada 1998.

Kios-kios buku di Azbakiyah sampai saat ini ada sekitar 130. Setiap bangunan kios ukurannya sama dan membentuk deretan teratur. Pada awal musim panas 2008, terpaksa aktivitas jual beli buku di Azbakiyah untuk sementara dihentikan selama tiga bulan. Azbakiah oleh pemerintah setempat direnovasi mengikuti renovasi jalur kereta bawah tanah. Kios-kios lama dihancurkan lalu diganti baru. Renovasi ini justru mempersempit lahan Azbakiyah, dimana sebelumnya jika saya lihat, lahan Azbakiyah tampak luas.

[caption id="attachment_135638" align="alignleft" width="300" caption="Kios lama (foto: google.com)"][/caption] Buku-buku di Azbakiyah memang terkenal murah. Namun semua buku tidak seharga satu atau dua pound, seperti kata penjual di atas. Harga buku bervariasi mengikuti nama pengarang, judul dan jenis buku. Di sini sistem tawar-menawar buku berlaku. Kadang si penjual agak sok dengan memahal-mahalkan harga. Ini terjadi bila saya membeli buku karya pengarang terkenal. Sementara itu, kualitas sampul buku juga lumayan bagus meskipun banyak juga yang rusak. Namun begitu, ada beberapa penjual yang mendaur ulang dengan memperbarui sampulnya. Buku-buku tersebut ditata rapi di depan kios lalu dikasih banderol harga. Yang dikasih banderol ini biasanya buku seharga satu hingga lima pound. Jika jeli memilih, buku-buku bagus pun masih bisa didapat. Sementara di dalam kios, sejumlah buku juga tertata rapi di rak. Namun buku-buku di dalam kios ini tanpa dipasang bandrol mengingat temanya yang bervariasi dan bukunya tebal-tebal. Kebanyakan buku yang beredar di Azbakiyah adalah buku-buku lama yang tidak dicetak ulang oleh penerbit aslinya. Saya sering menjumpai buku-buku penulis terkenal yang ditulis pada awal abad 20 hingga dekade 80-an. Di Azbakiyah juga berlaku sistem saling tukar-menukar buku. Pembeli boleh menukar bukunya kepada penjual kemudian memilih buku yang diinginkannya. Tentunya tukar-menukar ini setelah ada kesepakan dulu di antara mereka. Banyak sekali buku yang dijual di Azbakiyah, termasuk majalah, buku pelajaran sekolah, koran-koran tempo doeloe, buku berbahasa asing terutama Inggris dan Perancis dlsb. Namun bagaimana buku-buku tersebut bisa sampai di Azbakiyah? Salah seorang pemilik kios buku di Azbakiyah, Ammu Harbi mengatakan, kami para penjual di sini biasanya membeli sejumlah buku bekas dari seseorang yang tidak lagi membutuhkannya. Atau kami membeli sejumlah buku dari penerbit asli namun buku-buku tersebut ditemukan cacat dalam cetakannya. Namun kebanyakan cara kami mendapatkan buku-buku tersebut adalah melalui pelelangan buku yang diadakan oleh pemerintah. Demikian saya kutip dari www.aawsat.com edisi 11 April 2010 (lihat di sini) [caption id="attachment_135639" align="alignright" width="300" caption="Ammu Harbi (foto: www.aawsat.com)"][/caption] Ammu Harbi terhitung sesepuh pemilik kios di Azbakiyah. Sejak kecil dia sudah terlibat aktivitas jual beli buku di Azbakiyah. Dia lantas memilih profesi sebagai penjual buku meneruskan profesi sang kakek dan ayah. Profesi ini sangat dicintainya. Karena itu dengan bangga dia menceritakan sejumlah tokoh penting di Mesir yang pernah membeli buku di Azbakiyah dan mampir di kiosnya. "Naguib Mahfouz, peraih Nobel sastra itu sering datang ke sini menanyakan buku-buku filsafat," kenang Ammu Harbi. "Saya ingat ketika saat itu usia saya 14 tahun. Dengan berani dan memamerkan pengetahuan saya, kepada Naguib Mahfouz saya bertanya, 'Anda penulis novel, kenapa Anda membaca buku-buku filsafat?' Pertanyaan saya ini kemudian dijawabnya, 'Jika kamu sudah besar, kamu akan mengetahuinya.'" Selain Naguib Mahfouz, Ammu Harbi menuturkan sejumlah penulis legendaris yang pernah singgah di Azbakiyah, seperti Taufik al-Hakim, Yusuf Siba'i, Musthafa Mahmud, serta tokoh politik Muhamad Naguib, dan juga tokoh-tokoh intelektual saat ini, seperti Yusuf al-Qa'id, Jamal al-Gheithani, Khairi Syalbi dll. Ammu Harbi juga menceritakan pengalaman mirisnya sebagai penjual buku di Azbakiyah. Terutama ketika dia dan teman-teman seprofesinya menjadi korban dari kebijakan pemerintah. Menurut Ammu Harbi, selama 18 tahun dia sudah mengalami empat kali pindah tempat karena macam-macam alasan. "Tiap kali kios dipindah, kami kehilangan banyak buku. Apalagi pindah tempat sangat memberatkan kami, baik fisik maupun materi. Selain itu, kami juga kehilangan banyak pelanggan," kata Ammu Harbi yang tidak ingin mewariskan profesi yang dicintainya ini kepada anak-anaknya. Sebagai tempat penjualan buku, Azbakiyah mendapat perhatian besar dari para intelektual dan pemerintah Mesir. Selain itu, harga buku yang murah, seakan-akan menjadi surga bagi kaum kurang mampu yang haus ilmu pengetahuan. Termasuk saya, yang sangat beruntung bisa menjelajahi Azbakiyah saat berburu buku-buku murah. Karena itulah sastrawan Mesir, Sulaiman Fayadh, dalam suatu acara di televisi, mengatakan bahwa Azbakiyah adalah Universitas Kaum Kurang Mampu (Jami'at al-Fuqarâ`). Sebab di sanalah mereka mendapatkan ilmu pengetahuan lewat bacaan buku-buku murah.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun