Mohon tunggu...
Alamsta Suarjuniarta
Alamsta Suarjuniarta Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa universitas Udayana Jurusan Manajemen Sumberdaya perairan. Mempunyai moto Hidup untuk meninggalkan jejak. Semakin banyak problematika dan caci makian termasuk hinaan. Membuat orang tersebut menjadi lebih kritis, terhadap kehidupan dan makin kuat untuk menantang gemerlap dunia "Aku tidak ingin menjadi pohon bambu Aku ingin menjadi pohon oak yang menantang angin" -Soe hok Gie-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beda Pemimpin, Beda Kebijakan

9 Februari 2018   11:07 Diperbarui: 9 Februari 2018   11:33 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa bali akan di pimpin oleh gubernur dan wakil gubenur ke yang kesepuluh. Ini membuktikan bahwa bali semakin matang menjalankan demokrasi kebebasan dalam berekspresi. Tepat tanggal 27 juni 2018 mendatang akan di laksanakannya pesta demokrasi rakyat bali, untuk memilih gubenur dan wakil gubenur baru.

Sekarang semua pasang mata menuju pada perhelatan lima tahun sekali ini. Para pasangan calon sibuk menebar janji politiknya, dengan manis demi menggait pendukung. Sibuk blusukan ke segala tempat desa maupun kota. Baliho menampilkan para kandidat di segala ruas jalan. Visi misi para pasangan calon sangatlah jelas, memajukan bali. Intinya siapa yang memenangkan hati rakyat bali, berhak memimpin selama lima tahun kedepannya. 

Program baru akan disebarluaskan hingga ke segala pelosok. Satu hal yang menjadi pertanyaan kenapa?. Setiap pemimimpin baru yang menjabat, akan membuat program baru di masa jabatannya, walaupun program tersebut mirip mirip halnya. Mungkin pemimpin baru menjabat punya hak untuk membuatnya dan merasa malu melanjutkan apa yang telah ada. Kayaknya pemimpin baru menjabat  kurang rasanya bila tidak membuat program baru. Suntik mati saja yang lama. Sekarang harus beda.

Kondisi ini membuat rakyat kecil menjadi bingung. Mereka seakan di permainkan oleh para penguasa yang mereka pilih. Dan yang aneh lagi menjelang berakhirnya satu rezim katakan lah programnya juga akan berhenti. Kenapa hal yang baik harus di hapus ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun