Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tua atau Muda, Ini 5 Jenis Investasi yang Bisa Kamu Coba

8 Juli 2019   07:33 Diperbarui: 8 Juli 2019   21:24 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1998 saya melakukan survei mengenai orientasi pilihan karir dan pendidikan pada sebuah SMA swasta di Pontianak. Tujuannya untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap berbagai jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih.

Selain itu saya juga ingin mengetahui pengaruh pengetahuan mereka terhadap pilihan jurusan di perguruan tinggi. Penelitian tersebut membuktikan hipotesis saya. Lingkungan pendidikan maupun keluarga tidak memiliki kesiapan dalam memberikan orientasi pilihan karir.

Sebagian besar siswa mengakui, pilihan jurusan dan karir yang mereka lakukan mengacu pada pekerjaan yang dimiliki oleh orangtua atau anggota keluarga lain yang sudah bekerja.

Pilihan seperti ini menghasilkan keadaan "buah jatuh tidak jauh dari pokoknya". Siswa akan mengikuti jejak orangtua atau anggota keluarga lain dalam memilih pendidikan lanjutan dan meneruskan karir.

Kondisi ini saya prediksi pada masa tersebut akan menyebabkan keterlambatan generasi tersebut dalam mengadaptasi perkembangan kebutuhan keahlian pada bidang pekerjaan baru. 

Penelitian tersebut sudah 10 tahun berlalu dan kebutuhan akan keahlian serta berbagai pekerjaan baru yang saya pikirkan sekarang sudah terwujud. Sementara sistem pendidikan kita tidak banyak berubah. Tidak hanya tidak berubah dalam hal memberikan informasi memadai mengenai pilihan karir, sistem pendidikan kita juga belum maksimal dalam mengarahkan generasi-generasi masa depan untuk berpikir produktif, kreatif, termasuk merencanakan masa depan. 

Generasi masa sekarang cenderung menyenangi segala sesuatu yang instan, serba cepat, dan menjadi tidak sabaran. Sikap hidup seperti inilah yang menyebabkan mereka lebih berorientasi pada menikmati kehidupan di masa sekarang daripada berpikir tentang masa depan.

Berganti-ganti pekerjaan sudah menjadi sebuah tren. Sikap hidup konsumtif dan lebih mengutamakan gaya hidup sudah menjadi hitz. Memamerkan barang baru yang dimiliki dan kegiatan jalan-jalan dengan menggunakan media sosial menjadi semacam kebutuhan sosial. 

Di zaman ini, sikap hidup hemat dan hanya menabung tidak akan menjamin kemapanan hidup di masa depan. Pengaturan dana masa tua tidak cukup hanya dengan mengandalkan uang yang disisihkan dari gaji.

Jika memilih untuk menabung di rumah ada risiko ancaman terhadap keamanan dana yang disimpan. Menyimpan di bank juga bukan pilihan yang tepat karena ada beban pajak bunga dan administrasi yang justru malah bisa mengurangi jumlah nilai tabungan. Lalu apa yang bisa dijadikan sebagai sarana investasi di masa sekarang?

Semua jenis investasi memiliki risiko. Pemilihan investasi harus didasarkan pada tingkat tolerasi pelaku investasi terhadap risiko yang dapat ditanggungnya. Adapun yang dimaksudkan dengan risiko di sini adalah kegagalan pelaku investasi untuk mendapatkan nilai tambahan dari investasi yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun