Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Blended dan Online Learning, Keren?

8 Juni 2019   16:53 Diperbarui: 8 Juni 2019   17:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya tidak pernah kuliah online atau ambil kuliah blended learning. Kelas blended learning yang saya buat sekarang ini hanya dari hasil mereka-reka saja. Benar atau tidak, sesuai atau tidak, saya sendiri belum yakin."

"Blended learning sangat trend sekarang ini. Kampus kami juga telah mencanangkan program tersebut. Oleh sebab itu, saya sebagai dosen juga mau tidak mau harus mengikuti trend tersebut."

Kedua kutipan tersebut disampaikan oleh peserta lokakarya pengembangan lingkungan belajar daring dan blended learning yang saya fasilitasi. Kedua pernyataan tersebut mewakili kegamangan para dosen perguruan tinggi ketika berhadapan dengan disrupsi teknologi digital. Disrupsi tersebut menuntut mereka beradaptasi dan bertransformasi sejalan dengan kemajuan pesat teknologi digital.


Teknologi Pembelajaran

Adaptasi dan transformasi tersebut seringkali tidak berjalan dengan mudah. Intensitas pekerjaan yang sangat padat seringkali membuat dosen harus berada dalam situasi bagai makan buah simalakama.

Mengadaptasi perkembangan teknologi harus disertai kesediaan untuk belajar.  Di tengah-tengah kesibukan menjalankan tugas utama mengajar, meneliti, dan membimbing mahasiswa, dosen seringkali kesulitan mengatur waktu untuk belajar teknologi. Terlebih lagi jika mereka mendapatkan tambahan pekerjaan administratif dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat maka waktu yang dimiliki juga akan semakin berkurang.

Di sisi lain, perguruan tinggi merasa bangga dan keren jika memiliki kelas belajar daring atau blended learning. Keberadaan program belajar seperti ini juga dapat mendatangkan nilai tambah bagi akreditasi dan nilai jual universitas untuk ditawarkan kepada konsumen dan mitra kerja sama.

Sayangnya pola pikir bangga dan keren dengan penyelenggaraan program belajar daring dan blended learning tersebut seringkali belum didasarkan pada analisis kebutuhan peserta didik dan pengembangan program pendidikan. Tidak jarang, dosen dan mahasiswa justru merasa terbebani dengan pelaksanaan program tersebut. Pengadaan program juga kadang tidak meningkatkan daya saing universitas dari segi peningkatan kualitas pendidikan.

Di negara-negara maju, dukungan pengembangan pembelajaran daring dan blended learning sudah didukung oleh unit kerja khusus. Unit kerja tersebut memiliki designer instruksional yang terampil dan ahli dalam membatu dosen mengembangkan kelas-kelasnya. Kondisi ini belum dimiliki oleh sebagian besar universitas di Indonesia.

Source: Pixabay.com
Source: Pixabay.com

Pengembangan Pembelajaran Daring

Pengembangan kelas daring dan blended learning juga tidak bisa disamakan dengan pengembangan kelas-kelas tatap muka. Ada prinsip-prinsip dan metode yang bersifat sangat teknis mulai dari analisis kebutuhan sampai dengan evaluasi. Keterampilan ini tidak dimiliki oleh sebagian besar dosen, termasuk yang sudah dan memiliki motivasi tinggi untuk merancang kelas daring.

Pelatihan bagi dosen merupakan jalan keluar yang diberikan selama ini. Namun, pelatihan singkat dan tidak berkelanjutan tidak akan efektif. Saya justru lebih menyarankan dosen yang berminat untuk belajar mencoba belajar dari kelas-kelas daring MOOC yang sudah ada, misalnya di Coursera, Edx, Udemy, dan Future Learn. Dengan belajar dari kelas-kelas tersebut, dosen bisa mendapatkan ide tentang model dan sistem yang cocok untuk dikembangkan bagi kelasnya.

Kondisi lain yang perlu disiapkan adalah membentuk wadah profesional di tingkat daerah untuk saling mendukung. Pengembangan pembelajaran daring dan blended learning memerlukan sumber daya yang sangat besar. Dengan adanya wadah profesional, dosen dapat saling bertukar pikiran, kolaborasi, dan berbagi sumber daya.

Tantangan Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring dan blended learning memang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Namun, para pemerhati dan peminat bidang ini juga perlu menyadari ada beberapa tantangan yang harus disikapi dengan tepat.

Pertama, disrupsi teknologi akan terus berlangsung dan teknologi yang ada akan cepat usang dan digantikan oleh teknologi baru. Teknologi tidak seharusnya menjadi penentu prioritas dalam pengembangan pembelajaran daring. Teknologi harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kedua, kebutuhan pemelajar di masa depan jauh berbeda dengan kondisi belajar di masa sekarang. Selain belajar, pemelajar juga perlu disiapkan untuk melakukan aktualiasi proses pembelajarannya secara berkelanjutan. Tujuannya supaya mereka dapat memperbarui kemampuan ketika berhadapan dengan kebutuhan pasar kerja yang sulit untuk diprediksi di masa sekarang.

Ketiga, penggunaan teknologi perlu memperhatikan aspek etika dan hukum. Literasi digital menjadi komponen penting yang harus terintegrasi di dalam bidang ilmu apapun terkait dengan aplikasi teknologi di dalam pembelajaran.

Masa Depan Pembelajaran Daring Indonesia

Meskipun dari segi ketersediaan sumber daya dan kesiapan, pendidikan tinggi di Indonesia masih menghadapi tantangan dan hambatan, namun pengembangan pembelajaran daring dan blended learning akan terus dilakukan.

Pengembangan ini juga terjadi secara ekaponensial dan bukan evolusioner. Model pembelajaran ini telah diterapkan dan menjadi pilihan di beberapa universitas di tanah air. Contohnya di Universitas Terbuka, Universitas Indonesia, dan Binus. Bahkan kursus-kursus seperti Ruang Guru dan IndonesiaX juga telah ditawarkan secara daring.

Dari waktu ke waktu tentu saja dari segi kuantitas dan kualitas, model pembelajaran ini akan terus bertambah. Secara bertahap, masyarakat juga akan beradaptasi dan menerima sistem pembelajaran ini secara lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun