Dalam sebuah tulisan berjudul The Learning benefits of teaching: A retrieval  practice hypothesis yang ditulis oleh Alyosius Wei Lun Koh, Sze Chi Lee, dan Stephen Wee Hun Lim (2018) ditegaskan bahwa mengajar merupakan suatu cara yang sangat efektif bagi seorang guru untuk mengingat dan mengekalkan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain, para peneliti tersebut menegaskan bahwa penguasaan pengetahuan akan lebih baik jika seorang pemelajar mengajarkan apa yang telah dipelajarinya kepada orang lain.
Saya sangat senang bisa membagikan apa yang telah saya pelajari kepada orang lain. Ini pula yang mendorong saya untuk terus menerima tantangan mengajar berbagai mata pelajaran dan mata pelajar dan mata kuliah yang berbeda. Selama saya berada di Indonesia, di Amerika Serikat, dan juga Tiongkok saya telah mengajar begitu banyak  pelajaran. Saya  yakin dengan mengajar saya akan terus termotivasi untuk belajar. Dengan terus belajar, saya juga semakin tahu bahwa masih banyak yang belum saya ketahui.Â
Pada tahun 2016, saya ditawari oleh Departemen Kerjasama dan Hubungan Internasional untuk menjadi mentor kelas Bahasa Mandarin untuk pemelajar asing. Dengan berbekal kemampuan seadanya, saya memberanikan diri untuk menerima tantangan tersebut. Saya berusaha memanfaatkan kesempataan itu untuk berbagi pengalaman hidup di Tiongkok dan cara-cara saya bisa beradaptasi dengan keterbatasan bahasa pada awal kedatangan saya di negara ini .
Pemelajar di kelas saya adalah guru-guru asing lainnya yang merupakan teman-teman saya. Mereka memiliki tingkat pengetahuan Bahasa Mandarin mulai dari tidak tahu sama sekali sampai dengan memiliki pengetahuan dasar. Saya mengembangkan program pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum HSK 1 dan Mandarin Survival Language for Foreigners.
Pembelajaran terutama difokuskan pada percakapan mencakup topik membeli atau memesan makanan, menggunakan transportasi umum, dan membaca simbol atau lambang di tempat-tempat umum. Selain itu, saya juga memberi kesempatan kepada teman-teman untuk mencoba menulis huruf-huruf mandarin sederhana.
Pada aspek kebudayaan, saya mengenalkan nama-nama makanan dan arti angka dan penggunaannya dalam pesan text. Teman-teman juga saya perkenalkan pada berbagai aplikasi ponsel yang dapat digunakan untuk menikmati film-film dan lagu-lagu mandarin. Pada pertemuan terakhir mereka juga saya ajak mempelajari lagu Tian Mi Mi. Pembelajaran yang berlangsung selama satu semester, 12 kali pertemuan, dengan setiap pertemuan berdurasi 90 menit terasa begitu singkat.
Sampai sekarang saya masih mengingat semangat belajar teman-teman saya. Mereka mencapai hasil yang cukup menakjubkan dan menikmati proses belajar tersebut. Pada pertemuan terakhir mereka bersedia untuk mencoba uji coba tes HSK 1 yang saya berikan. Sebagian besar dari mereka kemudian melanjutkan pembelajaran di kelas mahasiswa internasional dan beberapa dari mereka bahkan berhasil memperoleh sertifikat test HSK 4.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H