Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlukah Melakukan Kontemplasi?

29 Mei 2019   04:51 Diperbarui: 29 Mei 2019   14:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nicolas Chamfort, penulis asal Perancis menyatakan, "Contemplation often makes life miserable. We should act more, think less, and stop watching ourselves live." Situasi revolusi di masa hidup penulis ini turut mempengaruhi caranya berpikir dan menuliskan ide-idenya. Pendapat yang dikemukakannya tentu saja tidak sejalan dengan pemikiran sebagian besar penulis lainnya.

Penulis buku I Capture the Castle, Dodie Smith, misalnya justru menyatakan, "Contemplation seems to be about the only luxury that costs nothing." Penulis skenario dan direktor film berkebangsaan Italia, Federico Fellini juga menegaskan, "If there were a little more silence, if we all kept quiet.. maybe we could understand something."

Meskipun pernyataan Nicloas mendapatkan kritikan, saya justru melihat ada kebenaran cara dia melihat kontemplasi. Kontemplasi yang dimaksud oleh Nicolas adalah proses merenung mendalam yang berkepanjangan dana berlarut-larut sehingga kehilangan waktu untuk melakukan tindakan. 

Bagi seseorang yang hidup pada masa revolusi ia tentu saja memiliki banyak ambisi yang ingin diwujudkan. Caranya memandang pergerakan revolusi dan tindakan cepat yang harus dilakukan membuatnya menganggap kontemplasi berlebihan akan memperlambat proses pencapai tujuan revolusi yang diimpikannya.

Penulis mencoba merefleksikan pernyataan Nicolas pada aktivitas kita dalam kegiatan 30DWC ini, yakni kegiatan menulis. Fighters yang ambil bagian dalam kegiatan ini dan masih terus bertahan sampai hari ke-29 adalah penulis-penulis revolusioner. 

Semua fighters telah menunjukkan kualitasnya untuk terus mengejar tercapainya latihan ketahanan dalam menulis di sela-sela waktu melakukan begitu banyak kegiatan lain yang juga telah menyita waktu sehari-hari. Jika fighters hanya terus melakukan kontemplasi maka tentu saja ia sudah berhenti dan tidak akan mencapai hari ini. 

Menulis adalah aktivitas kreatif yang harus segera dituangkan dalam bentuk konkrit segera setelah kontemplasi dilakukan. Jika ide-ide segara yang diperoleh melalui kontemplasi tidak segera diketik atau ditulis maka dengan cepat ide-ide tersebut bisa dilupakan. Inilah yang saya pahami sebagai "act more" dan "stop watching ourselves live".

Source: Pixabay.com
Source: Pixabay.com
Kebetulan tidak semua fighters 30DWC mengandalkan keterampilan menulis untuk mencari nafkah. Bisa dibayangkan jika penulis mengandalkan penghasilannya dari menulis, jika ia terus melakukan kontemplasi maka yang adalah hidupnya akan seperti yang dijelaskan Nicolas, "miserable". 

Seorang penulis profesional akan melupakan kondisi apapun yang menghambatnya untuk menulis. Ketika ide-ide tidak mengalir dan mengalami writing block sekalipun, penulis harus terus maju dan menghasilkan naskah. Naskah itulah sumber penghasilannya.

Bisa juga kita bayangkan bagaimana beratnya pekerjaan seorang penulis skenario sinetron seri kejar tayang. Apakah penulis ini punya waktu untuk melakukan kontemplasi. Jawabannya ada, tetapi hampir tidak mungkin ia melakukan kontemplasi dalam bentuk meditasi panjang, kecuali ia sedang libur. 

Penulis skenario tersebut justru harus terus saja menuangkan ide-idenya sehingga proses kejar tayang pengambilan adegan sinetron dapat terus berlanjut. Bagaimana ia mengatasi kondisi kehilangan ide. Tentu saja melalui dukungan dan diskusi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun