"Lawan paling tangguh seseorang adalah diri sendiri."
Tantangan paling berat bagi guru di masa sekarang adalah merancang kegiatan yang dapat membuat pemelajar aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Tingkat keaktivan pemelajar dapat dilihat dari kegiatan mereka mencari tahu dari bahan, media, dan sumber belajar dengan panduan instruksi yang jelas; berdiskusi dengan teman sekelas; melakukan presentasi/peragaan; mencoba dan belajar dari kekeliruan; dan berani mengemukakan pendapat. Pada kondisi belajar seperti ini, guru tidak lagi berperan sebagai pengajar melainkan sebagai fasilitator dan mediator proses belajar.Â
Sebagian besar guru di masa sekarang masih memperoleh pendidikan dari gurunya yang didominasi oleh ceramah dan menjawab pertanyaan. Evaluasi belajar juga didominasi oleh ujian tertulis. Sulit bagi sebagian besar guru untuk membayangkan apalagi menerapkan sistem belajar siswa aktif. Kesulitan ini kemudian mengakibatkan guru kemudian menerapkan metode pembelajaran yang sama seperti yang diterimanya kepada siswanya. Konsekuensinya adalah guru kembali mendominasi aktivitas di kelas dan pemelajar hanya menerima apa yang diberikan oleh guru tersebut. Metode ini tidak sejalan dengan perkembangan zaman karena akan gagal menyiapkan pembelajar untuk menguasai keterampilan yang diperlukan untuk dapat masuk dalam dunia kerja.
Guru sebagai pemegang peranan penting seharusnya memposisikan diri untuk melawan keinginannya mendominasi kegiatan belajar di kelas. Namun melawan keinginan sendiri dan berusaha berubah di dalam menjalankan tugas pendampingan belajar tidaklah mudah. Perlu ditegaskan di sini bahwa konsep "lawan" dalam paparan selanjutnya saya artikan sebagai dua pilihan yang dapat saling dibandingkan. Dengan kata lain "lawan" di sini diartikan sebagai "versus". Berikut ini akan saya ulas tiga cara yang dapat dilakukan guru untuk melawan keinginannya berceramah.
Memberi Petunjuk Lawan Memberi Tahu
Ada kecenderungan guru akan segera memberi tahu jawaban kepada pemelajar jika mereka menyatakan tidak tahu. Apabila guru yakin penyelesaian kasus atau tugas dapat ditemukan dalam sumber belajar maka guru sebaiknya memberi petunjuk yang lebih rinci dan mengarahkan pemelajar untuk mencoba menemukan sendiri. Contoh dialog konstruktif yang dapat dilakukan antara guru dan siswa adalah sebagai berikut: "Pak, nomor 5 sangat sulit. Jawabannya tidak ketemu," ujar siswa. Guru dapat menanggapi dengan, "Coba baca ulang halaman 65. Baca beberapa kali paragraf ke-2. Ada dua kalimat di paragraf itu yang bisa membantu untuk menyelesaikan kasus ini."
Mengoreksi Lawan Menyalahkan
Pemelajar kekeliruan dalam mengikuti instruksi dan gagal mencapai tujuan belajar yang ditetapkan oleh guru bisa saja terjadi. Guru jangan langsung menanggapi kekeliruan tersebut sebagai kegagalan. Apabila pemelajar sudah mencoba dan gagal, berikan koreksi konstruktif dan petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kekeliruan tersebut. Contoh dialog yang dapat dilakukan antara guru dengan pembelajar sebagai berikut: Melihat kekurangan huruf "s" atau "es" pada bentuk jamak kata benda dalam kalimat berbahasa Inggris, guru dapat bertanya, "Ada berapa anak laki-laki yang sedang bermain di ruangan itu, Andi?" Andi menjawab, "Dua anak laki-laki dan dua anak perempuan, Pak." Guru dapat memberi petunjuk dengan berkata, "Nah, coba perhatikan lagi kata boy dan girl yang kamu tulis di sini. Kalau boy dan girl itu artinya hanya ada satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Diperbaiki dulu ya!"
Kesempatan Mencoba Lawan Melakukan Sendiri