Monitor adalah sebutan untuk seorang mahasiswa yang berperan sebagai ketua kelas di Tiongkok. Tugas monitor sangat banyak. Mulai dari menjadi narahubung antara mahasiswa lain dengan wali kelas dan dosen sampai dengan membagi-bagikan sertifikat hasil tes. Perlu diketahui di Tiongkok, selain belajar di kelas mengikuti tes profesi atau keterampilan sangat penting. Monitor berperanan sangat penting dalam membantu guru-guru asing. Guru-guru asing seperti saya biasanya memerlukan bantuan mereka untuk: (1) mengumpulkan nama panggilan setiap mahasiswa (dalam bahasa Inggris), (2) menyampaikan pengumuman penting mengenai tugas dan kegiatan belajar, (3) mengumpulkan tugas-tugas, dan (4) menghubungi pegawai teknis kampus jika ada komponen media belajar di kelas yang tidak berfungsi secara baik. Jadi jelas mereka adalah tangan kanan saya. Tanpa bantuan mereka bisa dipastikan saya tidak akan dapat menjalankan tugas saya dengan baik.
Jelita (nama panggilan) adalah monitor di kelas Bahasa Indonesia 1601. Nomor yang digunakan untuk kelas tersebut terdiri dari empat angka. Dua angka pertama adalah angka tahun mulai belajar, yakni 2016 dan kedua angka terakhir adalah urutan kelas, yakni kelas ke-1. Di Yuexiu, Jurusan Bahasa Indonesia hanya ada satu kelas untuk setiap angkatan.Â
Jelita adalah monitor paling canggih, paling hebat, paling penting dan paling cantik di jurusan ini. Ini sesuai dengan nama panggilannya, JELITA. Ia saat ini sedang kuliah di Universitas Udaya, Bali. Bisa dibayangkan gadis cantik nan jelita berada di bagian bumi Indonesia yang juga terkenal sangat elok. Tentu saja selama di Bali, Jelita sudah tidak asing dengan yang namanya Pantai Jimbaran, Pantai Sanur, Seminyak, Ubud, dan Tanah Lot. Tempat-tempat indah tersebut sudah dikunjunginya.
Selain belajar Bahasa Indonesia, di Udayana ia juga belajar Linguistik, Fonetik, Bahasa Arab, Telaah Drama, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, serta Sejarah Kebudayaan Indonesia. Sangat banyak mata kuliah yang dipelajarinya di kampus ini. Perkuliahan terutama dijalani bersama mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Selain mahasiswa Indonesia, teman-teman Jelita di kampus juga ada yang berasal dari Rusia, Jepang, dan Korea. Ia mengakui, setelah belajar dan tinggal di Bali, kemampuannya dalam berbahasa Indonesia menjadi semakin baik. Itu juga yang membuat dia berani berangkat sendiri ke Bandung untuk bertemu teman dari Yuexiu yang sedang kuliah di UPI.
Belajar kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari mengalami langsung kehidupan di luar kampus. Di waktu luang tentu saja Jelita bersama teman-temannya akan jalan-jalan dan mencobai makanan Indonesia. Ia sangat senang dengan Soto Ayam, Nasi Jinggo, Rujak, dan Bubur Kacang Hijau. Tidak ketinggalan ia juga sudah mencoba berbagai jenis minuman khas nusantara. Minuman yang digemarinya antara lain adalah es teh, susu, kopi, dan jus buah-buahan. Buaha-buahan di Indonesia sangat banyak dan segar-segar menurutnya. Ia mengakui bumbu yang paling tidak disukainya adalah serai. Dia paling tidak tahan dengan bau serai.
Melihat postingan-postingan Jelita di Wechat yang kebanyakan adalah pemandangan dan makan-makan, saya justru teringat dengan semangatnya saat berbicara mengenai makanan di kelas saya. Dia juga sangat senang bertanya dan mencari-cari tahu foto-foto jenis makanan Indonesia. Sekarang tentu saja ia tidak perlu hanya melihat foto-foto tersebut, tetapi bisa langsung mencobanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H