Waktuku telah tiba - Ku tegar mengayunkan langkah kaki - Tidak karena kamu - Tak ada rasa duka lara - Yang ada rasa suka cita
Aku berlari seperti rusa - Aku terbang seperti elang - Walau tanpa kumpulanku
Tanpa ragu tanpa bimbing - Aku terlepas seperti busur - Aku berdesir seperti peluru
Dan aku, walau tidak hidup seribu tahun - Aku hidup dengan harapan - Aku songsong titian impiankuDan aku, memeluk kehangatan mentariku
Saya teringat setahun yang lalu, 2 April 2018. Saat itu ada kunjungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) ke Yuexiu. Perwakilan KJRI, Siti Nugraha Mauludiah, hadir untuk memberikan kuliah umum.
Pada pembukaan acara, Nadia (nama panggilan) membacakan puisi Aku karya Chairil Anwar. Ia tampil memukau Ibu Siti dengan penghayatannya yang mendalam terhadap puisi yang dibawakannya.
Setahun sudah berlalu dan sekarang Nadia sudah kuliah di Indonesia. Ia menerima darmasiswa untuk mengukuti program pendidikan BIPA di Universitas Airlangga. Selain belajar di program BIPA, Nadia juga mengambil mata kuliah perdagangan internasional dan belajar membatik. Program darmasiswa dan kampus sangat mendukung kuliah dan peminatan yang dipilih oleh Nadia.
Selama berada di Indonesia, selain di Surabaya, Nadia juga sudah jalan-jalan ke Bandung, Malang, Yogya, dan Jakarta. Ia menikmati setiap perjalanannya. Semua tempat-tempat tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi dirinya. Kota favoritnya adalah Yogya. Ia senang dengan suasana Yogya yang masih kental dengan adat dan budaya Jawa.
Penggemar nasi goreng dan nasi rawon ini kuliah bersama teman-temannya yang berasal dari Indonesia, Korea, Jepang, Rusia, Kamboja, dan Polandia. Ia sangat senang dengan semangat teman-temannya dari negara lain dalam belajar bahasa Indonesiaa. Ia juga terkesan dengan kebaikan dan keramahan teman-temannya dari Indonesia.
Sama dengan teman-teman lainnya, mahasiswa BIPA Yuexiu, Nadia masih tetap takut untuk menyeberangi jalan di Indonesia. Inilah satu-satunya hal yang paling tidak disenangi Nadia