Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

From Shaoxing to Surabaya

16 Mei 2019   05:11 Diperbarui: 16 Mei 2019   05:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun ini, sebelum semester musim semi dimulai, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kunjungan tersebut atas undangan teman-teman dosen yang mengajar di perguruan tinggi pada kota-kota tersebut. Rencana awalnya, saya akan memulai kunjungan dari Malang. Supaya tidak terkena dampak kenaikan harga pesawat yang sedang menggila, saya memesan tiket Pontianak-Surabaya lebih awal. Ternyata setelah penyesuaian jadwal, saya harus memulai kegiatan dari Semarang.

Tiket pesawat yang sudah dibeli dengan harga promo tidak bisa ditukar dan dibatalkan. Jika ke Malang, saya akan langsung menuju lokasi dengan transportasi yang tersedia di airport Sidoardjo tanpa mampir di Surabaya. Namun kali ini saya harus menunggu penerbangan lanjutan besok ke Semarang. Saya kemudian mencoba menghubungi beberapa mahasiswa BIPA Yuexiu yang sedang kuliah di Universitas Kristen Petra.

Beberapa mahasiswa ternyata masih dalam perjalanan kembali ke Surabaya. Ada yang mengisi liburan dengan kembali ke Tiongkok dan ada juga yang jalan-jalan di kota-kota lain. Kebetulan sekali saya berhasil menghubungi Novi (nama panggilan) yang baru saja kembali dari jalan-jalan juga. Novi tinggal satu apartemen dengan Shinta (nama panggilan juga). Kami akhirnya janjian untuk bertemu di Tunjungan Plaza untuk makan dan sekalian belanja.

Pertemuan di Tunjungan Plaza dimulai dengan saling mencari. Lokasi plaza yang cukup besar memang agak sulit bagi saya untuk mengidentifikasi lokasi. GPS lacak lokasi pada WeChat juga kami kacaukan karena kami sama-sama terus bergerak. Akhirnya kami memutuskan untuk ketemuan di pintu masuk dekat BreadTalk dan saya langsung disambut dengan sajian segelas besar teh susu yang sudah mereka persiapkan.

Setelah menemani saya ke Gramedia untuk membeli clicker presentasi, kami menuju foodcourt untuk makan. Waktu itu sudah sekitar 3:30 sore hari. Saat makan keduanya banyak bercerita mengenai pengalaman selama tinggal dan kuliah di Surabaya. Satu hal yang sangat menarik adalah persepsi mereka mengenai teman-teman Tionghoa yang ada di Petra. Menurut keduanya, kebudayaan dan gaya hidup teman-teman Tionghoanya berbeda dengan orang-orang Tiongkok maupun kebanyakan orang-orang Indonesia di Jawa. Teman-teman Tionghoa mereka sudah tidak berbahasa Mandarin dan sebagian besar ke kampus dengan kendaraan pribadi.

Ada beberapa jenis makanan Indonesia yang mereka sukai seperti martabak, nasi goreng, dan mie ayam. Keduanya masih belum terbiasa dengan makanan pedas. Kalau minuman, menurut mereka cenderung terlalu manis. Oleh sebab itu jika mereka pesan minuman, mereka akan minta gulanya jangan terlalu banyak.

Keduanya juga bercerita mengenai jalan-jalan ke kota lain. Kereta api di Indonesia menurut mereka sudah sangat nyaman, mudah untuk digunakan, dan harganya terjangkau. Tiket kereta juga sudah bisa dibeli online. Fasilitas taksi online sudah sangat membantu dan hanya satu kali mereka mengalami dicurangi supir taksi online ketika berada di Yogya. Satu-satunya yang mereka masih khawatirkan adalah menyeberangi jalan. Masih banyak pengendaraan kendaraan bermotor yang tidak menaati lampu lalu lintas tersebut.

Setelah makan kami lanjut untuk melihat-lihat dan belanja batik di beberapa gerai yang ada di mal. Shinta sempat meninggalkan hp-nya di kamar ganti Matahari dan baru ingat setelah beberapa lama. Untungnya petugas Matahari telah menyelamatkan hp tersebut. Kami kemudian menuju customer service Matahari untuk mengambil hp tersebut. Setelah petugas menanyakan beberapa pertanyaan dan meminta Shinta menyebutkan ciri-ciri hp-nya, gawai itupun dikembalikan. Sebagai bukti serah terima, pihak Matahari meminta Shinta difoto bersama petugas yang menyerahkan gawai tersebut.

Kami kemudian lanjut bercengkerama di Starbuck sambil menikmati minuman masing-masing. Sekitar pukul 8 malam mereka berpamitan. Kuliah perdana mereka dimulai besok dan saya juga melanjutkan perjalanan untuk memberikan workshop di Unika Soegijapranata dan mengisi kuliah umum di Universitas Negeri Semarang. Malam itu saya kembali ke tempat menginap dan beristirahat dalam suasana klasik di kamar Hotel Majapahit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun