Darmasiswa merupakan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa asing dari negara-negara yang memiliki hubungan kerjasama dengan Indonesia. Pada tahun akademik 2018/2019, enam mahasiswa kampus  Yuexiu di Tiongkok berhasil memperoleh beasiswa ini. Salah satu penerima beasiswa tersebut adalah Aliyah (nama panggilan). Melalui postingan ini, saya ingin memperkenalkan Aliyah yang sekarang sedang kuliah di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Selama dua tahun di Kampus Yuexiu, Aliyah sangat aktif di dalam berbagai kegiatan memperkenalkan budaya dan bahasa Indonesia. Aliyah sudah memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap keterampilan membatik, cerita rakyat Indonesia, lagu-lagu Indonesia, dan pertunjukan wayang. Ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap Indonesia dan masyarakat Indonesia.
Di UMS, Aliyah bersama 7 teman dari negara lain belajar di program BIPA UMS. Kelas belajar yang kecil di kampusnya sekarang menurut Aliyah sangat kondusif untuk mempercepat kemajuan belajar mereka. "... dosen-dosen kami sedapat mungkin membuat kami mengerti, (d)an UMS sering mengatur supaya kami bisa mengalami kebudayaan dan kesenian Indonesia," tutur Aliyah ketika saya bertanya mengenai pengalaman belajarnya di UMS. Selain belajar di kelas, mahasiswa BIPA UMS juga latihan tarian tradisional dan bermain gamelan setiap minggu.
Aliyah juga sangat terkesan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Dalam wawancara melalui WeChat, ia menyatakan, "Saya banyak belajar di UMS, ... saya mempunyai kesempatan untuk lebih mengenal agama Islam, agama yang umatnya paling banyak di Indonesia."
Aliyah juga senang dapat memiliki teman-teman baru di Solo. Sahabat-sahabat barunya banyak mengajarkan tradisi dan kebiasaan masyarakat Jawa. Â Ia menyatakan betah tinggal di Solo. "Saya sangat suka Kota Solo karena ada banyak makanan lezat dan budaya Jawanya sangat kental," ujar Aliyah tentang daya tarik Solo bagi dirinya.
Kampung Batik Lawean merupakan salah satu tempat paling berkesan yang pernah dikunjunginya. UMS telah memberi kesempatan kepadanya untuk melihat langsung dan mencoba proses pembuatan batik tulis di kampung itu. Pertunjukan wayang juga sering dilakukan di UMS.
Kegiatan ini juga sangat unik dan menarik bagi Aliyah karena pertunjukan dan cerita dalam pewayangan Jawa sangat berbeda dengan wayang yang dikenalnya di Tiongkok. Batik dan Wayang menurut Aliyah adalah, "...kritalisasi kebijaksanaan (masyarakat) Indonesia yang ditampilkan dalam bentuk seni."
Di luar jam belajar, selain berlatih tari dan gamelan, Aliyah juga memberikan pelajaran Mandarin di sebuah sekolah. Ia menjalankan kegiatan tersebut sebagai relawan. Aliyah menikmati pekerjaan tersebut walaupun menurutnya tidak mudah untuk mengajar berbahasa Mandarin.