Bidadari-bidadari itu di situ. Mereka sedang menari. Elok gerakannya. Namun, ada yang tidak biasa. Paras mereka tidak sama dengan gambaran bidadari yang orang tahu. Berbeda dengan yang diurai di cerita-cerita tersohor. Bidadari-bidadari itu juga belum lancar bertutur. Mereka terdengar lucu saat berbicara. Bukan karena yang mendengar tidak mengerti tutur kata mereka. Mereka juga tidak berbahasa  peri. Tapi bidadari-bidadari itu, kadang-kadang terbelit lidahnya saat bicara.
Bidadari-bidadari itu tidak turun dari langit. Mereka dipilih dari negerinya. Dilatih khusus berbicara dalam Bahasa Indonesia. Diarahkan dan dibimbing selama dua bulan supaya bisa gemulai. Gemulai menari dalam iringan gamelan. Terampil bercitra diri seperti lakonnya. Bidadari-bidadari itu menghibur dan meghasilkan tawa. Tepuk tangan meriah diberikan kepada mereka. Itulah bidadari-bidari dalam pertunjukan teater di Balai Bahasa UPI Bandung berjudul "Lelaki yang Menikahi Bidadari".
Dyah dan Alvita adalah dua mahasiswa Yuexiu dari Tiongkok yang turut berperan dalam teater tersebut. Nama yang digunakan di sini adalah nama panggilan keduanya dalam bahasa Indonesia. Baik Alvita maupun Dyah menyatakan tantangan paling berat dalam pertunjukan ini adalah menyelaraskan tarian dengan iringan gamelan. "Menguasai iringan musik itu adalah masalah, jadi saya selalu bingung kapan memasuki panggung," ungkap Dyah tentang perannya sebagai bidadari. Â Selain berperan sebagai bidadari, Dyah juga memainkan peran sebagai ibu Nawang Wulan. Bermain sebagai ibu Nawang Wulan menurutnya bahkan lebih sulit. "Citra saya secara keseluruhan tidak sesuai dengan citra Ibu Nawang Wulan. Saya tidak pernah coba peran sejenis ini, bagi saya lebih sulit daripada bidadari karena emosi keseluruhan Ibu Nawang Wulan sangat kuat," ungkapnya.
Kesempatan belajar di Indonesia dan mengalami interaksi dengan masyarakat Indonesia tentunya telah memperkaya pengalaman hidup Dyah dan Alvita. Optimisme mereka saat pamit untuk belajar di Indonesia setahun yang lalu tidak pernah saya lupakan. Keceriaan dan semangat yang semakin membara justru semakin mereka tunjukkan setelah berada di Indonesia. Tidak lama lagi mereka akan kembali ke kampus. Kembali ke kampus untuk menunaikan tahun terakhir studi mereka di Jurusan Bahasa Indonesia. Pengalaman di Indonesia tentu akan memberi warna yang indah dalam kehidupan mereka. Mereka akan kembali  ke Tiongkok sebagai bidadari-bidadari berseledang nilai-nilai budaya nusantara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI