Minggu Malam, 23 April 2017 awalnya sangat menegangkan. Sangat menegangkan bagi bagi lima gadis belia yang akan tampil. Tampil di panggung, disaksikan oleh ratusan pasang mata lain. Mencoba tersenyum, memukau penonton, menghibur mereka. Menampilkan tembang pilihan yang sudah dilatih berhari-hari, namun belum begitu lancar.
Lima gadis Tiongkok yang masih belia. Mahasiswa yang selalu bersemangat di setiap kelas Bahasa Indonesia. Mahasiswa yang juga selalu bertanya ini dan itu tentang Indonesia. Agustina, Jesika, Novi, Seruni, dan Melati adalah nama panggilan Indonesia untuk kelima gadis yang sedang menanti waktu untuk tampil tersebut.Â
Kelimanya mencoba saling menenangkan satu sama lain. Semangat! Itu yang selalu digaungkan Agustina. Beda dengan Seruni dan Melati yang justru masih tampak khawatir lupa lirik. Jesika mencoba menarik nafas dalam-dalam supaya bisa tenang. Sementara Novi mencoba duduk dan menyedot air minumnya.
Bagaimana tidak tegang? Membawakan lagu berbahasa Indonesia. Bukan hanya di depan teman-teman di kelas, tetapi di depan mahasiswa dan dosen seluruh kampus. Tidak mudah bagi mereka untuk menghafalkan lirik yang akan dinyanyikan. Penyelarasan nyanyian dengan nada pengiring bahkan lebih tidak mudah lagi.
Tapi ada yang menyejukkan hati. Pak Wang (Ketua Jurusan) dan dosen-dosen mereka tidak akan marah kok kalau mereka tidak menang. Bahkan walikelas mereka yakin penampilan di panggung akan baik-baik saja. Setidaknya inilah yang membuat kelima mahasiswa tersebut akhirnya menapaki panggung dengan mantap.
Sinar lampu dari arah atas, kiri dan kanan panggung menyoroti mereka. Musik pengiring juga segera terlantun. Mereka bernyanyi dan terasa begitu lepas. Mereka tidak ingat lagi apakah ada nada-nada sumbang ataupun liril yang salah diucapkan.
Selama menyanyi, mereka bisa merasakan teman-teman sekelas begitu riuh menyemangati dari bawah panggung. Penonton yang lain juga sepertinya mendengarkan dengan seksama. Walau mereka yakin, penonton-penonton itu tidak mengerti kata-kata yang sedang mereka lantunkan.
Tiga menit, empat menit, dan kurang lebih lima menit, lirik lagu RAN, Dekat di Hati selesai mereka tampilkan. Tepuk tangan meriah juga mereka dengarkan dari bawah panggung. Seturun dari panggung, mereka mulai menerima kiriman beragam pesan dari teman-teman yang mendukung. Tenang dan sudah lepas rasanya batu-batu berat yang tadinya membebani kepala mereka. Kelimanya bergandengan tangan dan berlompatan sebentar sambil tertawa.Â
Cerita ini merupakan bagian dari pengalaman mahasiswa BIPA di Universitas Bahasa Asing Yuexiu. Pada semester kedua, kelimanya mencoba memberanikan diri tampil dalam acara festival budaya yang diselenggarakan oleh kampus.