Mengapa dikatakan Benalu dan Litah.? karena kahadiran perusahan bangsa Asing  di tanah papua selama ini tidak peduli pada pemberdayaan ekonomi orang asli papua dan tidak memberikan perubahan signifikan yang dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup yang  layak bagi orang asli papua.
  perusahan asing di tanah papua selama ini hanya menguras sumber daya alam di tahan papua layaknya seekor lintah yang menempel di tubuh manusia dan menghisap darahnya atau benalu yang menempel di pohon induk mendapatan keungtugan dari pohon dan sewaktu-waktu rangting menjadi kering.Â
seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya alam di papua sangatlah kaya, berbagia hasil alam yang ada disini, seperti Emas,Perak,dan lain sebagainnya hal itulah yang menjdi manget bagi negara-negara lain untuk menikmatinya lewat kedok investasi  yang saling mengutungkan kedua belah pihak, padahal maksud sebenarnya hanya untuk menikmati sember daya alam di papua ini untuk memperkaya diri mereka sendiri, sehingga mereka mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya untuk mereka sendiri, ironisnya memang karena hal ini berbanding balik dengan kondisi masyarakat asli papua yang hidup jauh dari kata "layak" oleh sebab itu, patut disimpulkan kalau perusahan-perusahan asing ini hanyalah benalu dan lintah di tanah Papua.
ketika kita simak seluruh aktivitas usaha mengekploitasi alam besar-besaran sejak integrasi ke indonesia semua potensi kekayaan alam dikuras dan memberikan kontribusi pada perekonomian indonesia dan amerika.
sangat disesalkan kontribusi papua tidak diimbangi dengan tingkat kesejehteran,kondisi ini sangat tidak adil dan tidak wajar seperti yang diutarakan diatas.Â
kehadiran perusahan raksasa PT.Freeport Indonesia memberikan pendapatan negara dari royalti perusahan,pajak bumi dan bangunan ,retribusi air dan mineral, pajak kendaran bermotor dan pajak orang asing,  namun kenyataanya orang asli papua pemilik tanah tanah adat yang hidup di daerah pertambangan tidak memberikan dampak ekonomi selama kurung waktu  47 tahun, kenyataanya hanya menguras tambang emas saja,tampa memperhatikan pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat kita di kawasan PT.Feeport indonesia terutama pemilik tanah adat di mimika seperti suku Kamoro dan Amongme, jadi kira-kira berapa keluarga orang kamoro dan amongme sudah sejahtera? Apakah pemilik negri memiliki rumah yang layak di huni dan memenuhi standar kesehatan seperti rumah karyawan PTFI di kuala kencana? berapa pendapatan sebulan? apakah suku-suku asli sekitarnya sudah mengenyam pendidikan sampai Doktor? Mengapa dikatakan perusahan asing gagal memberdayakan masyarakat? seperti kita ketahui bahwa ; ribuan karyawan PT. Feeport indonesia  menikmati catering dari perusahan asing dengan makanan dan minuman yang dibutuhkan  oleh karyawan PTFI setiap hari, namun yang jadi permasalahannya?  Apakah sayur-sayuran, buah-buahan,dagin sapi, ikan, ayam,udang,telur,daging domba,daging babi,beras,kentang dan lain-lain apakah bermitra dengan nelayan,petani dan perternak orang asli papua atau diimpor seluruh kebutuhan dasar dari kawasan bangsa melayu atau negara lain? kalo semua di impor berarti kegagalan negara, pemerintah daerah dan perusahan asing di atas tanah papua yang tidak mampu memaksimalkan segala potensi yang ada di masyarakat.
Suatu kejadian yang sangat mengejutkan bagi saya adalah PT.Feeport indonesia membutuhan daging babi 60-50 ton per tahun namun diimpor dari negara Australia dan miliaran rupiah di alihkan ke negara lain yang seharunya kalo memaksimalkan potensi masyarakat yang secara turun-temurun mengembankan ternak babi sebagi harta kekayaan termahal yang dapat dikembangkan secara tradisional sebagi potensi dasar yang di miliki.Â
Jikalau dari total 60 ton/ tahun X Rp. 50.000/Kg maka asumsi perhitungannya pertenah bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp.3.000.000..000; (tiga milyar rupiah ), sehinga adanya kemampanan finansial bagi perternak papua dan sangat terbuka meningkatkan taraf hidupnya dan bagi kesejahteran.  Hal inilah yang sekali saya mengatakan perusahan asing  diibaratkan seperti benalu dan lintah.
Pada tahun 2009, saya ke timika dan sore hari pukul 15:00 jalan kaki berkelili kota temika dan saya melihat di ruas jalan ada kolam ikan, saya pikir PT.Feeport indonesia ada bududaya ikan mas dan saya terkejut dan merenung sejenak karena sangat tidak percaya terhadap citra kota temika dalam pandangan mata seolah-olah tidak seperti daerah lainnya yang menjamin negara super powerer Amerika dan indonesia, karena daerah ini sebagai penghasilan jutaan US dolar, hal ini belum lagi kita bicara masalah berapa keluarga sejahtera khususnya penduduk asli papua di kabupaten mimika maka hal paling penting dan sangat penting adalah: Â Regnegosiasi kontak karya PT.Feeport indonesia supaya benar-benar menguntungkan rakyat asli papua sebagai pemilik otoritas tanah adat.Â
fenomena ini sangat serius agar di atasi segera oleh pemerintah indonesia, berani berani tunjukan kemampuan sebagai bangsa yang berdaulat dengan langkah regulasi aturan menasionalisasikan PT.Feeport indonesia di bawa kendali Presiden RI KE-7 (Joko Widodo - Jusuf Kalla ) atau kendatipun sudah merdeka sebagai bangsa yang berdaulat tetapi masih ketergantungan pada Amerika dan Yahudi? ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan oleh pemerintah indonesia, atau tetap masih saja ketergantungan ke negara lain.? sangat tidak elegan dan tidak bermartabat protes melebehi batas seperti insiden membakar bendera amerika dan israel selama ini, sedangkan indonesia masih ketergantungan dalam segala hal dalam bentuk Kerjasama Bilateral dan Multilateral.
" Perusahan raksasa ini hadir bukan untuk malapetaka tetapi membawa perubahan, mari wajib menghormati dan menghargai kami  sebagi pemilik negeri yang memiliki hak Otoritas"