Mohon tunggu...
Alam Penyair Maya
Alam Penyair Maya Mohon Tunggu... -

pecinta puisi dan syair

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Munajat Bisu

12 November 2011   15:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

malam kian menjejak di setiap tebing kala gontai kakinya merambah belukar menyusur setiap jerit tangisnya yang menakar pada kelamnya langit malam hai tebing-tebing waktu inilah kakiku yang terantai seribu warna kala hamparan semesta menjuntai haru merasuk sukma-sukma galauku di palung jiwa hai lembah-lembah bisu tak lelahku menyangganya di altar jiwa sekira kau dapat tembangkan alunan rinduku pada tenda yang bertahta di selasar jiwa laylaku ... kurapal segala aksara dalam namamu pada setiap detak-detak nadimu yang meronta dalam setiap kobaran jiwa membakar segala cinta di palung nirwana tegakkan ku laylaku pada setiap hamparan doamu yang membumbung bak tarian api pada setiap rinai air matamu yang mengalir bak sungai eufrat inilah aku tebing-tebing waktu sang perindu dalam maqam kematianku bernista dalam segala corak cinta menabur segala duli pada rasa tak bertepi inilah aku lembah sunyi yang menyimpan duka cinta lara mencumbu waktu pada setiap dinding goa merindu dan bercerita pada dinding-dinding bisu inilah aku laylaku yang terjerembab pada duli sang puan menaruh harap pada kisah-kisah sang perindu meratap dalam untai-untai rindu tak terperi . lembah bulusaraung 121111 : 10.52 WITA 1919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun