Mohon tunggu...
Alam Surya Anggara
Alam Surya Anggara Mohon Tunggu... -

Watch, pray and hope...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berbagi Asa untuk Atap Langit

22 Mei 2011   16:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari inisiatif seorang mahasiswa perantauan yang berniat ingin berbagi dengan sesama, pada saat hari perayaan ulangtahunnya itulah pada awalnya sempat terlintas dalam pikirannya saat itu untuk mengadakan kegiatan semacam baksos atau bakti sosial. Tetapi jika bicara baksos, mungkin kata tersebut agak kurang sedap didengar karena pada dasarnya niatnya hanyalah ingin menyisihkan sebagian rezeki yang dimiliki dan kemudian bisa disalurkan atau disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan dalam hal ini seperti anak-anak yatim/piatu ataupun anak jalanan yang berada di panti asuhan. Seperti yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw pernah bersabda :

“Barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.”

Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekedar turut membantu menyelesaikan lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati, dan mendamaikan perasaan orang yang memberi perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi seperti yang telah dituliskan tadi banyak membicarakan betapa mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT. Kira-kira, semangat itulah yang menyelimuti benaknya, seorang mahasiswa fakultas hukum di salah satu perguruan tinggi swasta kenamaan di yogyakarta, saat itu. Bukan sebagai ajang pamer kepedulian kepada sesama, tetapi itu semua ikhlas dilakukannya semata-mata hanya ingin mendapat ridho dari Allah SWT atas karunia yang telah diberikan kepadanya.

[caption id="attachment_110192" align="alignleft" width="300" caption="Panti asuhan "][/caption] Yogyakarta, Sabtu, 21 Mei 2011. Berbagi asa untuk atap langit, jika mendengar nama “atap langit” mungkin tidak banyak yang tahu dan mengerti kalau sesungguhnya itu merupakan sebuah nama panti asuhan yang telah berdiri sejak tahun 1987 dan terletak di jantung kota Yogyakarta tepatnya di daerah Keparakan Kidul, Mergangsan. Tidak begitu jauh dari kampusnya yang berada di jalan taman siswa, hanya berjarak kurang lebih 2 km dan jika menggunakan sepeda motor dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit. Dengan dibantu oleh beberapa orang temannya, baik itu teman kampus, teman kos ataupun para sahabatnya, mengumpulkan barang-barang yang selanjutnya akan disumbangkan ke atap langit. Bentuk donasi yang diterimanya pun beraneka ragam, mulai dari pakaian yang masih layak pakai, ataupun ada yang hanya sekedar memberikan donasi dalam bentuk dana yang mungkin tidak begitu besar nominalnya.

Tetapi sejujurnya didalam lubuk hatinya yang paling dalam, apapun atau berapapun yang disumbangkan oleh teman-teman melalui dirinya, semata-mata harus didasari oleh keikhlasan yang tersirat dari dalam diri mereka yang telah memberikan donasi, bahwasanya mereka telah merelakan sebagian harta-nya untuk diberikan secara ikhlas kepada anak-anak yatim/piatu yang berada di “atap langit” yang semuanya berjumlah kurang lebih ada 40 anak yang tinggal dan melakukan seluruh aktifitas di panti asuhan tersebut.

[caption id="attachment_110193" align="aligncenter" width="300" caption="Senyuman penuh asa yang tampak jelas sekali terlihat dari raut wajah seluruh anak-anak di panti asuhan "][/caption] Pada hari yang bersamaan, sore harinya, telah terkumpul ada banyak sekali pakaian yang masih layak pakai yang telah dibungkus rapi dengan kardus dan sebagian ada yang dimasukkan ke dalam karung. Serta donasi dalam bentuk dana juga telah terkumpul walau nominalnya tidaklah begitu besar. Dengan ditemani oleh tiga orang temannya menuju “atap langit”, membawa segenggam harapan bersama dalam bentuk barang yang kemudian berharap agar nantinya bisa memberikan manfaat bagi anak-anak yang menerimanya. Sesampainya disana mereka disuguhkan dengan senyuman penuh asa yang tampak jelas sekali terlihat dari raut wajah seluruh anak-anak di panti asuhan tersebut. Diawali dengan perkenalan satu per satu anak-anak yang ada di atap langit, hingga doa bersama yang dipanjatkan semata agar semua diberikan hidayah serta karunia oleh Allah SWT.

[caption id="attachment_110195" align="alignleft" width="300" caption="Sejuta asa dari dan untuk "][/caption] Walaupun kunjungan itu dilangsungkan tidak bertepatan dengan hari ulang tahun-nya, mahasiswa tahun kedua yang telah genap berusia 20 tahun, tersebut tidak dijadikan sebagai suatu alasan untuk tidak berhenti berbagi harapan yang mungkin saja tidak disadari oleh setiap orang sebayanya. Memang hampir keseluruhan anak-anak yang berada di “atap langit” tersebut merupakan anak yatim/piatu walaupun ada beberapa yang masih memiliki orangtua. Akan tetapi satu hal yang perlu diketahui, anak yatim/piatu tersebut merupakan sumber ketenangan batin baginya, mendekati dan berbuat baik kepada mereka akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.

Seperti yang telah tercantum di dalam Al-qur’an suratAd-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan kepada anak yatim/piatu.

Firman Allah SWT tersebut:

''Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.''

Anak yatim yang ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Mereka pun juga mengharapkan tumpuan kasih sayang dari orang-orang yang masih peduli dan mau berbagi dengan sesama.

Semoga saja itu semua tidak hanya menjadi mimpi dan angan belaka yang selama ini terjaga oleh mereka, yang bisa dilakukan hanyalah menunggu untuk menjadi wujud nyata. Sejatinya memang telah menjadi kewajiban setiap insan manusia untuk mewujudkan hal tersebut menjadi bentuk nyata di dalam kehidupan mereka nantinya.

Foto dan narasi oleh: Alam Surya Anggara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun