Mohon tunggu...
Syamsu Alam
Syamsu Alam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar Ekonomi dan Pasar Modal

KISS, Keep it Simple Sob -www.alamyin.com-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melawan Korupsi Kebijakan, Mungkinkah?

17 Oktober 2020   14:36 Diperbarui: 17 Oktober 2020   14:47 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaannya, kuatkan pikiran kita menjaga ingatan sampai kontestasi produk hasil polesan tim sukses pada pameran produk berikutnya. Pilkada, Pemilu dan sejenisnya adalah pameran produk.

Kedepan kalau mau berubah bisa menempuh cara-cara radikal sampai yang gradual. 1). Bubarkan partai politik, mengingat ia adalah sarang siklus underground economy yang sangat merusak. Siapa yang bisa membubarkan partai? Kita semua warga. Bagaimana caranya? Jangan mau dibeli. 2). Mengembalikan memilih sebagai kewajiban dengan syarat menyediakan KOTAK atau RUANG GOLPUT DI BILIK SUARA lengkap dengan alasan golput. 3). Bubarkan lembaga-lembaga pencitraan yang merusak cita rasa berdemokrasi yang hakiki.

Terakhir ke-4). Belum memikirkan ide-ide yang lain...belum ada ide yang bisa memperbaiki keadaan selain anjuran moral..... Seperti Sustainable Mindset. Para pejabat dari pusat sampai daerah hanya sibuk memikirkan periodenya, sibuk membangun monumen dirinya.

Contoh sederhana di Sulawesi Selatan. Gubernur, Amin Syam membangun GOR Sudiang (tidak tuntas). SYL membangun GOR di Barombong (tidak tuntas). Gubernur sekarang NA entah GOR manalagi.

Ini hanya satu contoh kasus empirik. Dan berapa banyak uang yang digelontorkan untuk proyek itu. Itu baru satu item paket.

Pada level pusat mainnya pasti lebih gila. Kata mengutip temannya yang pejabat, "kalau hanya korupsi uang itu biasa, lihat kami korupsi kebijakan". Sembari memperbaiki leher bajunya dan menaikkan alis kirinya. Pilih ka lagi cess...

Saya akhiri cuap-cuap ini dengan mengutip Mark Twain penulis Amerika: "Ketika si kaya memeras si miskin itu bisnis; ketika si miskin melawan, katanya itu kejahatan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun