Pertanyaannya, kuatkan pikiran kita menjaga ingatan sampai kontestasi produk hasil polesan tim sukses pada pameran produk berikutnya. Pilkada, Pemilu dan sejenisnya adalah pameran produk.
Kedepan kalau mau berubah bisa menempuh cara-cara radikal sampai yang gradual. 1). Bubarkan partai politik, mengingat ia adalah sarang siklus underground economy yang sangat merusak. Siapa yang bisa membubarkan partai? Kita semua warga. Bagaimana caranya? Jangan mau dibeli. 2). Mengembalikan memilih sebagai kewajiban dengan syarat menyediakan KOTAK atau RUANG GOLPUT DI BILIK SUARA lengkap dengan alasan golput. 3). Bubarkan lembaga-lembaga pencitraan yang merusak cita rasa berdemokrasi yang hakiki.
Terakhir ke-4). Belum memikirkan ide-ide yang lain...belum ada ide yang bisa memperbaiki keadaan selain anjuran moral..... Seperti Sustainable Mindset. Para pejabat dari pusat sampai daerah hanya sibuk memikirkan periodenya, sibuk membangun monumen dirinya.
Contoh sederhana di Sulawesi Selatan. Gubernur, Amin Syam membangun GOR Sudiang (tidak tuntas). SYL membangun GOR di Barombong (tidak tuntas). Gubernur sekarang NA entah GOR manalagi.
Ini hanya satu contoh kasus empirik. Dan berapa banyak uang yang digelontorkan untuk proyek itu. Itu baru satu item paket.
Pada level pusat mainnya pasti lebih gila. Kata mengutip temannya yang pejabat, "kalau hanya korupsi uang itu biasa, lihat kami korupsi kebijakan". Sembari memperbaiki leher bajunya dan menaikkan alis kirinya. Pilih ka lagi cess...
Saya akhiri cuap-cuap ini dengan mengutip Mark Twain penulis Amerika: "Ketika si kaya memeras si miskin itu bisnis; ketika si miskin melawan, katanya itu kejahatan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H